Bisnis.com, JAKARTA -- PT Tower Bersama Infrastructure Tbk. (TBIG) berencana menerbitkan notes USD senilai US$500 juta atau Rp6,094 triliun. Obligasi tersebut akan diterbitkan anak usaha TBIG, yakni TBG Global Pte. Ltd.
Hasil penerbitan notes akan dipakai sebagai dana investasi dalam bentuk pemberian pinjaman dan penyertaan modal pada Tower Bersama Singapore Pte. Ltd., anak usaha TBIG.
Helmy Yusman Santoso, Direktur Tower Bersama Infrastructure, mengatakan perseroan menerbitkan notes dengan target maksimal US$500 juta untuk melunasi kewajiban jatuh tempo dan mempercepat pelunasan pinjaman.
Berdasarkan laporan keuangan 2013, pinjaman jangka panjang bagian yang jatuh tempo dalam 1 tahun dari pihak ketiga sebesar Rp1,78 triliun. Helmy enggan merinci pinjaman mana yang akan dibiayai ulang.
Untuk merealisasikan rencana penerbitan notes, direksi TBIG harus meminta persetujuan dari pemegang saham dalam rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) yang digelar Mei nanti.
“Biasanya, pemegang saham setuju atas rencana kami terbitkan surat utang. Kami pasang nilainya maksimal, tapi belum tentu nilai itu disetujui RUPST,” ujar Helmy, kepada Bisnis, Selasa, (8/4/2014).
Per 2013, PT Wahana Anugera Sejahtera mengantongi 30,25% saham TBIG dan Provident Capital Indonesia menggenggam 28,75%. Sisanya, dimiliki masyarakat.
Sepanjang 2013 perseroan menambah 2.985 penyewaan, termasuk menambah 1.811 menara telekomunikasi.
Hingga 31 Desember 2013, TBIG memiliki 16.577 penyewaan dan 10.134 site telekomunikasi.
Site telekomunikasi milik perseroan terdiri dari 8.866 menara telekomunikasi, 1.040 shelter-only, dan 228 jaringan DAS.
Dengan total penyewaan pada menara telekomunikasi sebanyak 15.309, maka rasio kolokasi (tenancy ratio) perseroan menjadi 1,73.
Notes yang akan diterbitkan TBIG nanti jatuh tempo pada 2021 dengan bunga maksimal 8% per tahun.
Jatuh tempo pembayaran bunga tiap 6 bulan atau periode lain yang disetujui para pihak.
Bila terjadi gagal bayar (default), perseroan akan mengambilalih kewajiban TBG Global atas seluruh jumlah notes yang terutang.
Rencana transaksi tersebut merupakan transaksi material karena nilai transaksi sebesar 148,14% dari nilai ekuitas perseroan berdasarkan laporan keungan perseroan per 31 Desember 2013.