Bisnis.com, JAKARTA— Kontrak tembaga turun ke level terendah dalam delapan pekan di tengah isyarat melemahnya pertumbuhan ekonomi China dan spekulasi bank sentral AS akan memangkas stimulus moneter negara itu sehingga menurunkan prospek permintaan terhadap logam tersebut.
“Harga logam sangat terkait dengan berbagai isu di China,” ujar Edward Meir, seorang analis pada INTL FCStone di New York sebagaimana dikutip Bloomberg, Jumat (10/1/2014).
Sementara itu, catatan hasil pertemuan pejabat bank sentral AS yang ditunggu-tunggu tampaknya mengarah pada pengetatan kebijakan stimulus moneter.
Kontrak tembaga untuk pengiriman Maret turun 1,3% menjadi US$3,299 per pound pada pukul 13.14 waktu setempat di bursa Comex New York atau pukul 00.14 WIB. Angka itu menunjukkan penurunan terbesar untuk kontrak paling aktif sejak 13 November.
China merupakan salah satu negara pengguna logam terbanyak di dunia selain AS.
Di bursa London Metal Exchange, tembaga untuk pengiriman tiga bulan turun 1,8% menjadi US$.213 per metrik ton (US$3,27 per pound).