Bisnis.com, JAKARTA - Pemberlakuan perubahan satuan perdagangan (lot siza) dan fraksi saham oleh PT Bursa Efek Indonesia mulai Senin (6/1/2014) diperkirakan akan berdampak positif terhadap perdagangan saham sektor keuangan perbankan.
Otoritas pasar modal menerapkan perubahan satuan perdagangan (lot size) dari sebelumnya 1 lot sebanyak 500 lembar menjadi 100 lembar. Maksimum volume order di pasar reguler dan pasar tunai diubah dari 10.000 lot menjadi 50.000 lot.
Adapun fraksi harga diubah dari 5 kelompok harga menjadi 3 kelompok harga. Perubahan fraksi harga antara lain kelompok harga saham kurang dari Rp500 mengalami fraksi harga Rp1 dengan maksimum perubahan Rp20.
Kemudian harga saham Rp500-Rp5.000, fraksi harga sahamnya Rp5 dengan maksimum perubahan Rp100. Untuk harga saham lebih dari Rp5.000, fraksi harganya Rp25 dengan maksimum perubahan Rp500.
Aturan tersebut tertuang dalam Surat Keputusan KEP-00071/BEI/11-2013 pada 8 November 2013 perihal perubahan satuan perdagangan dan fraksi harga.
Kepala Riset Trust Securities, Reza Priyambada mengatakan perubahan lot dan fraksi saham diperkirakan akan mempengaruhi semua saham di pasar modal, terutama berdampak pada saham-saham dengan nominal harga tinggi.
"Tinggal dilihat seberapa besar respon pasar dengan adanya perubahan tersebut, apakah dengan perubahan itu saham-saham yang secara nominal tinggi akan menarik perhatian pelaku pasar atau tidak," ungkapnya kepada Bisnis, Minggu (5/1/2014).
Perubahan fraksi yang lebih rendah dibandingkan sebelumnya juga diperkirakan akan mempengaruhi perilaku pasar. Namun, dia belum mengetahui reaksi pasar dengan perubahan tersebut.
Saham-saham perbankan dengan nominal tinggi seperti PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI), dan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI), diperkirakan akan menjadi koleksi investor.
Dia mencontohkan jika sesuai dengan fraksi saat ini saham BBCA Rp25 dari sebelumnya Rp50, pelaku pasar akan mempertimbangkan untuk membeli saham tersebut. Pasalnya, sekali transaksi BBCA sebelumnya dapat meraup untung minimal Rp50 dan sekarang harus dua kali transaksi.
Menurut dia, harapan otoritas pasar modal memang penurunan fraksi ingin membuat bursa lebih atraktif. Namun, pelaku pasar diperkirakan akan menunggu reaksi investor lainnya karena keuntungan yang diraup pada nominal yang sama harus dilakukan dalam dua kali transaksi.
"Pelaku pasar masih wait and see seperti apa pergerakan yang baru. Mungkn pada awal perdagangan secara volume belum akan terlalu besar, karena sebagian pelaku pasar masih menunggu terutama yang retail," katanya.
Kendati demikian, Reza memperkirakan jika pelaku pasar sudah terbiasa dengan perubahan tersebut akan kembali normal. Perubahan fraksi dan lot itu diharapkan dapat menambah pelaku pasar di masa depan.
Dia mencontohkan untuk membeli saham BBCA investor sebelumnya membutuhkan Rp4,5 juta per 1 lot saham dengan perkiraan harga Rp9.000/saham. Saat ini, dengan jumlah yang sama, investor dapat memperoleh 5 lot saham.
Saham-saham perbankan dengan nominal tinggi diprediksi paling terkena pengaruh dengan perubahan ini. Selain BBCA, BBRI dan BMRI yang berada pada kisaran Rp7.000-Rp8.000/saham akan diburu investor.
Adapun saham BBNI dan BDMN yang berada di level Rp3.000-Rp4.000 juga akan diincar investor. Begitu pula saham-saham di sektor lain yang memiliki nominal harga tinggi dengan tingkat likuiditas yang baik akan diburu investor.
"Saham ITMG, PTBA, UNVR dan AALI, saham-saham yang secara nominal cukup besar tapi diperdagangan sebelumnya cukup liquid akan menjadi incaran," kata dia.
Investor dengan dana terbatas yang sebelumnya bertransaksi pada nominal saham Rp1.000 diperkirakan akan menyerbu saham-saham besar. Tentunya saham-saham perbankan besar seperti BBCA, BMRI, BBRI akan turut menjadi incaran investor.