Bisnis.com, SEMARANG - Banyak daerah di Indonesia yang memiliki potensi sebagai kota investor, namun masyarakat lebih condong menabung dibading berinvestasi di pasar modal.
Kepala Unit Komunikasi Perusahaan PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), Zylvia Thirda, mengatakan semenjak kecil, orang tua selalu mengajarkan menabung bukan berinvestasi. Kalau pun berinvestasi, masyarakat lebih senang dengan modal investasi konvensional seperti emas dan properti.
“Melihat potensi perekonomian yang ada di beberapa wilayah di Indonesia, tentunya kami sangat menyayangkan," ungkap wanita yang akrab disapa Efi tersebut dalam siaran persnya hari ini, Jumat (29/11/2013).
Dia juga menegaskan Semarang sebagai salah satu kota metropolitan di Tanah Air juga dinilai memiliki potensi untuk meningkatkan jumlah dana masyarakat melalui investasi di pasar modal.
Berdasarkan data KSEI per Oktober 2013, terdapat sekitar 17.000 investor yang berdomisili di Jawa Tengah, 6.000 diantaranya berasal dari Semarang. Dibandingkan dengan jumlah penduduk Semarang yang telah mencapai 2 juta jiwa, jumlah tersebut masih kecil, tidak mencapai 1%.
Sementara jumlah dana masyarakat yang tersimpan dalam bentuk tabungan di kota Semarang mencapai Rp 1,95 triliun. Dana itu terbagi dalam kredit perbankan, tabungan, giro, simpanan berjangka dan dana tunai baik Rupiah dan mata uang asing.
Sementara investasi di pasar modal sama sekali tidak termasuk dalam dana triliunan Rupiah tersebut.
Efi menyebutkan meski belum signifikan jumlahnya, dari segi perkembangannya, jumlah investor di Semarang telah mengalami peningkatan signifikan selama kurang dari setahun terakhir.
Jumlah investor pasar modal Indonesia yang berdomisili di Semarang per akhir Oktober 2013 meningkat sejumlah 500 orang investor atau sekitar 9% dibandingkan dengan data pada 2012 yang 5.500 investor.
Karena itu pada Kamis (28 November 2013), PT KSEI kembali menyelenggarakan sosialisasi Fasilitas Acuan Kepemilikan Sekuritas atau AKSes di Kota Semarang.
Sebelumnya PT KSEI telah melakukan kegiatan serupa di Malang, Pekanbaru, Yogyakarta, kemudian Semarang, dan berikutnya Makasar.
Dalam rangka meningkatkan jumlah investor pasar modal Indonesia, selama beberapa waktu terakhir, Perusahaan Efek yang memiliki kerja sama di Galeri Investasi Bursa Efek Indonesia menyelenggarakan program pembukaan Sub Rekening Efek secara massal.
Pembukaan Sub Rekening Efek tersebut, merupakan langkah awal bagi para mahasiswa untuk belajar tersebut Program ini merupakan langkah awal bagi para mahasiswa untuk menjadi investor.
Efi membenarkan mahasiswa memang menjadi salah satu target regulator pasar modal dalam meraih investor baru. "Dari segi usia, tentunya para mahasiswa termasuk kategori penduduk produktif yang mulai belajar menghimpun dana secara mandiri.
“Ini juga merupakan peluang bagi regulator pasar modal untuk menanamkan pendidikan berinvestasi, sehingga diharapkan ketika pada mahasiswa ini sudah mencapai usia yang lebih matang, maka pengetahuan berinvestasinya sudah mencapai level advanced,” katanya.
Dia menyebutkan pada pembukaan Sub Rekening Efek massal yang diprakarsai PT Phintraco Securities, pada 23 Oktober 2013, di Universitas Semarang berhasil meningkatkan jumlah investor Semarang sebanyak 400 orang.
"Kalau dalam waktu sekitar 10 bulan baru meningkat 500 orang, ini hanya dalam waktu singkat sudah bisa bertambah 400 orang, tentunya pencapaian ini sangat baik," ujar Efi.
Efi mengingatkan peningkatan jumlah investor tersebut harus diiringi dengan kesadaran untuk login ke Fasilitas AKSes.
Sampai saat ini secara keseluruhan, baru 13% investor pasar modal di seluruh Indonesia yang telah menggunakan fasilitas AKSesi. Padahal, belajar dari pengalaman dahulu, Fasilitas AKSes sebaiknya digunakan investor secara berkala untuk melakukan monitoring portofolio Efek dan dana milik investor pasar modal.