Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintah memperkirakan volatilitas rupiah berpotensi terus berlanjut sampai kebijakan pengurangan quantitative easing bank sentral Amerika Serikat The Federal Reserve benar-benar dilakukan.
Menteri Keuangan M. Chatib Basri meyakini penyesuaian menuju titik keseimbangan (ekuilibrium) baru akan terus dilakukan pasar hingga The Fed melakukan tapering off QE.
“Sampai terjadi tapering off-nya, baru itu fully price in. Nah, yang saya tidak bisa tahu, ini sudah berapa persen di-price in oleh market. Saya berharap sudah tidak terlalu banyak lagi,” katanya, Rabu (27/11/2013).
Chatib mengatakan rupiah yang terus melemah ke level Rp11.800 per dolar AS dipicu oleh kecemasan pasar terhadap isu tapering yang diperkirakan dipercepat menjadi Desember, berdasarkan notulensi the Federal Open Market Committee (FOMC) akhir Oktober lalu.
Notulensi itu menyebutkan tapering akan dilakukan dalam bulan-bulan mendatang yang ditafsirkan oleh sebagian pelaku di pasar keuangan dilakukan Desember.
Selain itu dari sisi internal, peningkatan kebutuhan valuta asing untuk pembayaran impor juga kerap mendepresiasi rupiah menjelang akhir bulan.
Namun, Chatib tidak yakin the Fed akan melakukan tapering akhir tahun ini mengingat angka pengangguran di Negeri Paman Sam masih 7,3% atau masih di atas syarat yang diinginkan The Fed, yakni di bawah 7%. Inflasi AS pun masih di bawah kondisi yang diingin The Fed sebesar 2%.
“Dugaan saya bukan Desember meskipun saya bisa saja salah,” kata Chatib.