Bisnis.com, JAKARTA — PT Daewoo Securities Indonesia menurunkan target harga saham PT Kalbe Farma Tbk. (KLBF) menjadi Rp1.400 per saham.
Sebelumnya, berdasarkan riset Daewoo Securities Indonesia pada 18 Agustus 2013 disebutkan target saham KLBF berada pada level Rp1.660. Dengan demikian, target harga saham saat ini turun 15,66%.
Namun, jika dibandingkan dengan harga saham KLBF saat ini yang berada pada level Rp1.300 pukul 10.10 WIB, target harga saham itu masih menguat 7,69%.
Analis Daewoo Securities Indonesia Andrew Argado mengatakan jika melihat pencapaian kinerja emiten farmasi itu selama 9 bulan pertama tahun ini sebenarnya cukup sejalan dengan proyeksinya.
Namun, lanjut dia, melihat laju inflasi dan kenaikan tingkat suku bunga acuan Bank Indonesia (BI rate) yang baru saja diputuskan dalam Rapat Dewan Gubernur BI kemarin, menjadi alasan utama merevisi asumsi-asumsi dalam valuasi KLBF.
“Dengan asumsi tingkat pengembalian bebas risiko (risk-free-rate) pada level 8%, nilai estimasi kami untuk KLBF adalah Rp1.400 per saham,” paparnya dalam riset yang diterima Bisnis, Rabu (13/12/2013).
Seperti diketahui, dalam BI memutuskan untuk menaikkan tingkat suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi 7,5% dari 7,25%. Adapun laju inflasi Oktober 0,09%.
Dia juga mengatakan faktor risiko yang perlu diperhatikan oleh Kalbe Farma adalah nilai tukar rupiah yang terus melemah terhadap dolar AS.
“Pelemahan rupiah menjadi faktor pendukung meningkatnya biaya produksi dan operasi Kalbe Farma,” tambahnya.
Berdasarkan data Bloomberg Dollar Index, rupiah terpantau melemah 0,46% ke Rp11.658 per dolar AS pada pukul 10.23 WIB.
Terkait kinerja usaha, emiten yang dipimpin oleh Bernadette Ruth Irawati Setiady itu membukukan kenaikan laba bersih 9,9% menjadi Rp1,37 triliun dari Rp1,24 triliun. Pertumbuhan itu terjadi seiring dengan kenaikan pendapatan sebesar 18% menjadi Rp11,44 triliun dari Rp9,69 triliun.
Hingga akhir tahun ini, Daewoo Securities Indonesia menargetkan pendapatan Kalbe Farma sebesar Rp15,89 triliun dengan laba bersih Rp1,86 triliun.