Bisnis.com, JAKARTA—Harga jagung turun hingga hari keempat sampai mendekati level terendah dalam tiga tahun, akibat perkiraan stok di Amerika Serikat yang melebihi prediksi pemerintah dan curah hujan di Argentina sangat membantu proses penanaman.
Kontrak jagung untuk pengiriman Desember turun hingga 0,2% menjadi US$4,2625 per bushel di bursa Chicago Board of Trade dan tercatat US$4,2675 pada pukul 10.39 di Singapura atau pukul 09.39 WIB.
Kontrak turun ke US$4,2575 pada 1 November atau yang terendah sejak Agustus 2010. Harga komoditas itu turun 2,9% pekan lalu sekaligus merupakan penurunan kedua per pekan.
Harga jagung turun 39% tahun ini karena hasil panen AS diperkirakan akan mencapai puncaknya sebesar 13,8 miliar bushel, menurut perkiraan Departemen Pertanian AS. Para petani diperkirakan memanen 14,029 miliar bushel, menurut hasil survei Bloomberg terhadap 36 analis dan perusahaan perdagangan.
Di Argentina, musim panas awal pekan ini menguntungkan petani dan hujan lebat membantu mengurangi kekeringan di sejumlah wilayah, menurut laporan MDA Information Systems LLC pada 1 November lalu.
“Tekanan panen musiman menjadi perhatian khusus di pasar jagung,” ujar Luke Mathews, seorang ahli strategi komoditas pada Commonwealth Bank of Australia sebagaimana dikutip Bloomberg, Senin (4/11/2013).