Bisnis.com, JAKARTA—Pihak PT Bursa Efek Indonesia (BEI) menyatakan target jumlah perusahaan yang bakal melakukan penawaran umum perdana (IPO) pada 2014 sebanyak 30 emiten, tidak naik dari tahun ini karena tahun depan adalah masa pemilu yang kondisinya politis.
“Target jumlah perusahaan yang IPO pada tahun depan tetap 30 emiten, atau tidak naik dari target tahun ini. Hal itu karena 2014 adalah tahun pemilu yang kondisinya sangat politis,” ujar Direktur Utama BEI Ito Warsito, Kamis (17/10).
Ito berpendapat pada tahun depan karena suasana yang diperkirakan bakal politis, maka pelaku pasar dan perusahaan diproyeksikan bakal menunggu kepastian atau wait and see dalam melakukan ekspansi.
Senada dengan pernyataan tersebut, Direktur Penilaian Efek BEI Hoesen mengatakan terkait kondisi tersebut, dirinya berharap beberapa perusahaan yang mundur IPO tahun ini bakal masuk pada 2014.
“Sampai saat ini sudah 25 emiten IPO pada 2013, dan masih ada 7 perusahaan dalam pipeline. Mudah-mudahan yang tahun ini mundur akan masuk lagi di tahun depan,” jelas Hoesen, Kamis (17/10).
Kepala Riset PT Bahana Securities Harry Su berpendapat pada 2014 kampanye bakal mulai terjadi April. Lebih lanjut, menurutnya arus dana ke bursa mulai masuk pada kuartal III 2014. Adapun jika proses pemilu lancar, maka pasar bakal naik signifikan pada kuartal IV 2014.
“Volatilitas memang saya perkirakan bakal meningkat. Hal itu karena gonjang-ganjing politik membuat market itu berfluktuasi,” jelas Harry kepada Bisnis, Kamis (17/10).
Ekonom Samuel Asset Management Lana Soelistianingsih, BEI memang realistis dalam target 2014 tersebut. Namun menurutnya, dibandingkan dengan jumlah atau kuantitas emiten, pasar lebih butuh emiten baru yang sahamnya likuid.
“Sebenarnya untuk proyeksi 2014 selama proses pemilu lancar dan tidak ada masalah berarti, pasar masih bisa bergerak positif,” ujarnya kepada Bisnis, Kamis (17/10).
Lana berpendapat yang menjadi risiko perlambatan pasar adalah ketika fokus pemerintahan lebih banyak ke sektor politik. Hal itu membuat pelaku pasar dan perusahaan menahan diri untuk ekspansi, dan menunggu kondisi stabil setelah presiden terpilih.
Di sisi lain Kepala Riset PT MNC Securities Edwin Sebayang mengatakan kondisi pada 2014 diperkirakan hampir sama seperti 2004, dimana indeks bakal mengalami lonjakan setelah pemilu.
“Waktu itu kondisi hampir sama, pasar belum mengetahui siapa kandidat kuat presiden dan partai yang bakal menjadi mayoritas. Namun pada saat itu indeks mampu rebound hingga 49,25% setelah pemilu,” jelas Edwin, Kamis (17/10).
Lebih lanjut, BEI memproyeksikan rata-rata nilai transaksi harian saham selama 2014 mencapai Rp7 triliun dengan jumlah hari bursa 244 hari, naik 27,27% dari target 2013 sebanyak Rp5,5 triliun. Selain menargetkan 30 emiten baru, BEI juga memasang target right issue sebanyak 60 emiten.
Terkait obligasi, pada tahun depan BEI memproyeksikan bakal menjaring 57 emisi obligasi korporasi atau senilai Rp57 triliun, naik 14% dari target 2013 sebesar Rp50 triliun dan 65 seri obligasi negara.
Hal itu diperkirakan bakal dicapai melalui proyeksi rata-rata volume transaksi harian Surat Berharga Negara (SBN) mencapai Rp4,03 miliar dan rerata transaksi harian obligasi korporasi hingga Rp1,71 miliar.
Sementara berdasarkan asumsi 2014, BEI diproyeksikan bakal meraup pendapatan bersih sebesar Rp653,54 miliar. Jumlah tersebut ditambah pendapatan lain-lain sebanyak Rp93,65 miliar sehingga total proyeksi pendapatan 2014 sebesar Rp747,19 miliar, naik 42,01% dari target 2013 Rp526,15 miliar.
Dari sisi investasi, sepanjang 2014 BEI memproyeksikan adanya peningkatan sebesar 15,85% dari tahun ini menjadi Rp103,81 miliar. Penaikan tersebut disebabkan BEI bakal melakukan beberapa investasi strategis di bidang teknologi informasi (IT).
“Investasi di bidang IT tersebut antara lain pada sistem perdagangan, sistem edukasi pasar modal untuk pengembangan pasar, sistem pelaporan emiten, dan sistem perkantoran yang terintegrasi,” tutur Ito.
Ito menambahkan total aset BEI pada 2014 diproyeksikan bakal meningkat 10,32% menjadi Rp1,7 triliun. Sementara saldo akhir kas dan setara kas (termasuk investasi jangka pendek) pada 2014 diproyeksikan mencapai Rp1,08 triliun.