Bisnis.com, JAKARTA—Harga karet melemah ke level terendah per pekan sejak Mei, sementara itu penghentian anggaran belanja Pemerintah AS (shutdown) dikhawatirkan memperkuat nilai tukar yen sehingga menurunkan daya tarik kontrak komoditas yang berdenominasi mata uang Jepang tersebut.
Kontrak karet untuk pengiriman Maret di bursa Tokyo Commodity Exchange turun sebesar 1,2% menjadi 253,9 yen per kilogram ($2.615 per metrik ton) atau level terendah sejak 8 Agustus.
Kontrak diperdagangkan pada posisi 254,5 yen pada pukul 10.07 waktu setempat atau pukul 07.07 WIB dan turun 5,8% pekan. Penurunan itu menunjukkan kinerja terburuk sejak 5 hari hingga 24 Mei.
Yen diperdagangkan 97,11 per dolar setelah menguat ke level tertinggi sejak 28 Agustus kemarin.
Shutdown yang terjadi untuk pertama kalinya dalam 17 tahun itu telah membuat tiga kali penundaan rilis soal data ekonomi AS, termasuk laporan tenaga kerja bulanan dari Departemen Tenaga Kerja, sehingga sulit bagi investor untuk memastikan kesehatan ekonomi negara tersebut.
“Aksi untuk menghindari risiko dari kalangan investor meningkat dan menaikkan permintaan terhadap yen selain meningkatkan penjualan kontrak di Tokyo,” ujar Takaki Shigemoto, seorang analis pada perushaan riset JSC Corp. sebagaimana dikutip Bloomberg, Jumat (4/10/2013)
Sementara itu, harga karet Thailand untuk sitem free-on-board turun hingga hari ketujuh kemarin atau melemah 0,6% menjadi 78,25 baht (US$2,51) per kilogram, menurut Rubber Research Institute of Thailand. Pasar di China tutup hingga 7 Oktober karena liburan Hari Nasional.