Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Minyak Terpuruk, WTI Turun US$1,16

Bisnis.com, NEW YORK -   Harga minyak turun tajam pada Senin atau Selasa (24/9/2013) pagi WIB di tengah berkurangnya kekhawatiran tentang ketegangan di Timur Tengah dan dampak potensialnya terhadap persediaan minyak. Kontrak utama New York,

Bisnis.com, NEW YORK -   Harga minyak turun tajam pada Senin atau Selasa (24/9/2013) pagi WIB di tengah berkurangnya kekhawatiran tentang ketegangan di Timur Tengah dan dampak potensialnya terhadap persediaan minyak.

Kontrak utama New York, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman November, ditutup pada US$103,59  per barel, turun US$1,16  dari penutupan Jumat.

Minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman November merosot US$1,06  menjadi US$108,16  per barel di perdagangan London.

"Kekhawatiran sisi pasokan tampak berkurang. Sebuah aksi militer terhadap Suriah tampak semakin tidak mungkin, sementara presiden baru Iran telah mengisyaratkan kesediaannya untuk bernegosiasi mengenai program nuklir Teheran," kata Fawad Razaqzada dari GFT kepada AFP yang dikutip Antara.

"Di atas semua itu, produksi dari Sudan Selatan telah mencapai tertinggi sejak awal 2012, sementara produksi di Libya juga telah dimulai lagi di beberapa bagian negara, sehingga menekan harga," kata dia.

Addison Armstrong dari Tradition Energy sepakat kekhawatiran Timur Tengah berkurang. "Premi risiko yang berhubungan dengan Suriah yang telah dibangun di pasar minyak terus menurun," katanya.

Uni Eropa pada Senin mengumumkan bahwa menteri luar negeri Iran akan bertemu kekuatan utama minggu ini mengenai program nuklir Teheran dalam apa yang bisa menjadi kontak tingkat tinggi bersejarah dengan Amerika Serikat.

Catherine Ashton, kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa, mengumumkan pertemuan itu setelah apa yang disebut pertemuan "baik dan konstruktif" di markas PBB dengan menteri luar negeri pemerintahan baru Iran, Mohammad Javad Zarif.

Negara-negara Barat menuduh Iran sedang berusaha meningkatkan kemampuan bom nuklirnya. Presiden baru Iran Hassan Rowhani mengatakan pekan lalu bahwa negaranya "tidak pernah" membangun bom.

Analis Commerzbank mengatakan Iran bertujuan untuk mengurangi sanksi Barat, yang menyebabkan ekspor minyak Iran turun lebih dari setengahnya, di bawah satu juta barel per hari.

"Meskipun negara ini tidak mungkin kembali dengan cepat ke tingkat produksi sebelum sanksi Barat, perkembangan diplomatik baru bisa mendorong lebih lanjut investor keuangan keluar dari pasar," kata Commerzbank dalam sebuah catatan risetnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Martin Sihombing
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper