Bisnis.com, JAKARTA—Di tengah proyeksi teknikal rebound indeks acuannya, rerata produk reksa dana saham berpeluang mendaki tingkat pengembalian imbal hasil (return) yang lebih tinggi setelah sepekan terakhir tumbuh 6,86%.
Dalam periode serupa, IHSG bergerak positif dengan kenaikan 6,52% menuju level 4.375,54. Hasilnya, kinerja efek portofolio reksa dana di pasar ekuitas ikut terangkat sehingga cukup banyak mereduksi pelemahan dalam 3 bulan terakhir.
Analis PT Investa Saran Mandiri Kiswoyo Adi Joe menilai perolehan return reksa dana saham sangat tergantung pada kelihaian manajer investasi (MI) dalam memanfaatkan bobot portofolio, terutama penempatan dana pada sejumlah saham di sektor perbankan, manufaktur, dan industri dasar.
Beberapa produk reksa dana saham mencatat return menggembirakan. Millenium Equity Fund milik PT Danatama Makmur memimpin capaian return di kelas reksa dana berbasis ekuitas 30,86% (year to date).
PT Pratama Capital Asset Management juga menempatkan dua reksa dana saham dengan perolehan imbal hasil ciamik, yakni Pratama Saham dan Pratama Ekuitas dengan masing-masing return 21,93% dan 17,76%.
Menurut Kiswoyo, strategi portofolio di kelas aset ekuitas dalam 2 pekan terakhir menjadi konsentrasi yang menguntungkan. Pasar saham tumbuh 3,88% sepanjang periode itu. MI, katanya, dapat mengalokasikan komposisi 20%—80% efek portofolio saham.
“Banyak yang berpendapat tren pasar sedang teknikal rebound, bahkan tak sedikit yang memperkirakan menuju bullish. Indikatornya mulai terlihat, inflasi sudah mereda dan cadangan devisa yang semula diproyeksi kian tertekan justru naik tipis dalam beberapa waktu terakhir,” katanya kepada Bisnis, Minggu (15/9/2013).
Pergerakan positif di bursa saham juga memberikan berkah bagi varian balancefund yang pekan lalu performanya tumbuh 4,29%, meski dalam periode tahun berjalan return masih tercatat melemah.
Namun, reksa dana yang fleksibel menempatkan aset alokasi itu dapat diuntungkan oleh penguatan efek surat utang. Kinerja obligasi pemerintah dalam sepekan terakhir menguat 1,24%.
Kenaikan BI Rate menjadi 7,25% yang diikuti oleh penguatan rupiah terhadap dolar AS, memicu kenaikan harga surat utang negara bertenor 10 tahun 187 basis poin menjadi 82,92%.
“Pelemahan kurs masih menjadi topik utama yang cukup sensitif. Kenaikan BI Rate yang diputuskan pekan lalu sudah sesuai dengan ekspektasi pasar, tetapi masih di bawah tingkat inflasi. Pelaku pasar tentu masih menunggu keputusan selanjutnya, selain hasil dari tapering the Fed pekan ini,” jelasnya.