Bisnis.com, JAKARTA--Pemerintah memastikan sukuk global senilai US$1 miliar diterbitkan dengan tenor pendek antara 5 tahun sampai 7 tahun sesuai dengan ekspektasi investor internasional.
Direktur Pembiayaan Syariah Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang (DJPU) Kementerian Keuangan Dahlan Siamat menyampaikan preferensi investor di Eropa dan Timur Tengah ialah surat utang bertenor pendek. Pasalnya, pemilik modal cenderung hati-hati di tengah tingginya volatilitas dan ketidakpastian ekonomi global saat ini.
“Melihat kondisi pasar yang masih berfluktuasi, investor sepertinya cenderung ke tenor pendek 5-7 tahun,” ujarnya kepada Bisnis, Minggu (8/9/2013).
Pekan lalu, tim penerbit sukuk global yang diwakili Kementerian Keuangan, Bank Indonesia dan joint lead managers melakukan roadshow tanpa penawaran atau non-deal roadshow ke tiga negara yakni Inggris, Uni Emirat Arab, dan Saudi Arabia.
Hasilnya, investor global menanggapi positif rencana penerbitan sukuk global Indonesia. Terlebih, setelah tim pemerintah menjelaskan kondisi pasar keuangan dan prospek ekonomi Indonesia ke depan.
“Investor lebih menyukai locking investasinya ke tenor pendek berharap yield masih akan bergerak, agak sulit kalau lebih dari 10 tahun,” lanjutnya.
Pemerintah mengaku belum dapat memutuskan waktu penawaran dan penerbitan sukuk global hingga saat ini. Hal yang pasti, katanya, joint lead managers secara intensif memonitor pasar global, terutama perkembangan imbal hasil untuk mencari celah menentukan harga secara tepat dan menarik.
Sebagai informasi, Deutsche Bank AG, Standard Chartered Plc dan Citigroup Inc terpilih sebagai joint lead managers yang menangani proses penerbitan sukuk berdenominasi valas tersebut.
Namun, sebelumnya Dahlan memperkirakan penawaran akan berlangsung pada kuartal ketiga atau kuartal keempat tahun ini. “Mungkin September atau Oktober, waktu pastinya akan dicari momentum terbaik ketika pasar sedang bagus,” ungkap Dahlan kepada Bisnis, (21/8/2013).