Bisnis.com, JAKARTA— Pelemahan nilai tukar rupiah bukanlah hal yang positif bagi perusahaan farmasi seperti PT Kalbe Farma Tbk (KLBF).
Menurut riset e-Trading Securities, penggunaan bahan baku impor dalam kegiatan produksi menjadi alasan utama meningkatnya biaya produksi ditengah pelemahan nilai tukar rupiah.
Pengelolaan persediaan (inventori management) yang baik dan efisiensi internal dapat menjadi strategi yang tepat dalam menghadapi pelemahan rupiah dalam jangka pendek.
“Namun demikian, jika pelemahan rupiah tetap berlangsung dalam jangka waktu yang lama akan berdampak pada peningkatan biaya produksi,” ujar manajemen e-Trading Securities dalam risetnya, Sabtu (24/8/2013).
Di lain sisi, pendapatan Kalbe Farma yang didominasi dari penjualan dalam negeri sehingga tidak memberikan nilai tambah bagi pelemahan nilai tukar rupiah.
Jika tidak disiasati, maka kondisi ini akan menggerus margin keuntungan produsen obat-obatan dan produk nutrisi itu.
Penyesuaian harga jual produk merupakan salah satu strategi yang dapat diterapkan Kalbe Farma.
Namun, hal ini tidak dapat dilakukan pada seluruh produk, khususnya obat generik.
Penyesuaian harga pada produk Kalbe Farma yang lain juga hendaknya dilakukan dengan cermat agar tidak mengurangi pangsa pasar produk KLBF.
Sebelumnya diberitakan, Kalbe Farma masih mengevaluasi pergerakan rupiah yang terus melemah. Hal itu mengingat perusahaan menggunakan bahan baku impor cukup banyak.
“Kalbe masih ada persediaan barang sekitar 3 bulan dan kas dalam dolar AS kami. Masih ada waktu untuk evaluasi sekitar 6 bulan ke depan,” ujar Direktur Keuangan dan Sekretaris Perusahaan Kalbe Farma Vidjongtius. (ltc)