Bisnis.com, CHICAGO—Sejumlah spekulator pasar mengakhiri bullish dan bearish harga emas untuk pertama kalinya dalam 2 bulan terakhir pascalonjakan harga ke level tertinggi sejak tengah Juni.
Posisi net-bullish naik 18% ke posisi 56.604 pada 13 Agustus pascaharga penawaran jangka panjang merosot 3%. Menurut data Komisi Perdagangan Komoditas Berjangka AS, penurunan ini terjadi karena harga penawaran jangka pendek turut anjlok sebesar 17% dan berimbas pada penawaran jangka panjang.
Sementara itu, net-long 18 komoditas yang diperjualbelikan di AS tercatat naik 23% karena lonjakan harga perak yang melampaui 2 kali lipat. Selain itu, kenaikan ini juga dipengaruhi sikap positif sejumlah investor terhadap tembaga yang sempat meredup sejak Februari.
Harga emas anjlok 23% pada kuartal lalu karena pelaku pasar kehilangan kepercayaan terhadap nilai emas sebagai alternatif investasi. World Gold Council menyatakan, rendahnya harga emas memacu permintaan 2 pembeli utama emas, China dan India. Permintaan yang naik lantas mengerek harga emas pada kuartal kedua ini ke level tertinggi sejak 2008.
Reli Emas
Harga emas melonjak 4,5% ke posisi US$1.371 per troy ounce di Comex New York pekan lalu. Angka ini adalah yang tertinggi sejak 12 Juli. Prediksi yang dihimpun dari sejumlah analis oleh Bloomberg menyatakan, emas akan terus naik minggu ini.
Adapun Indeks Standard & Poor’s GSCI Spot yang mencatat 24 komoditas membukukan kenaikan 2,4% pekan lalu sedangkan MSCI All-Country World Index untuk ekuitas turun 1%. Sementara itu nilai dolar naik 0,5% di Bloomberg Dollar Index sedangkan nilai Bloomberg US treasury Bond Index turun 1,1%.
Harga emas batangan dan koin melambung ke posisi 507,6 ton pada kuartal kedua. Angka ini naik 78% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu karena lonjakan permintaan dari China dan India melampaui 200%. Konsumsi China naik 54% ke level 706,4 ton pada kuartal pertama. Adapun permintaan perhiasan naik 37% menjadi 575,5 ton.