Bisnis.com, KUALA LUMPUR — Harga crude palm oil (CPO) merosot pascajatuhnya harga minyak mentah dan minyak kedelai. membuat investor berpaling dari kelapa sawit sebagai bahan baku biogas.
Analis PT. Millennium Penata Futures Suluh Wicaksono mengatakan belakangan harga CPO atau minyak kelapa sawit mentah sebenarnya tak terlalu berkorelasi dengan minyak mentah, tetapi harus dibandingkan dengan harga minyak kedelai.
Dia memperkirakan harga CPO tergolong rendah pekan depan.“ Sepertinya minggu depan masih koreksi,” kata Suluh saat dihubungi, Selasa (23/7/2013).
Kontrak untuk pengiriman Oktober turun sebesar 0,6% menjadi 2.258 ringgit (US$709) per ton di Bursa Malaysia Derivatives dan bertengger pada level 2.261 ringgit pukul 16:06, Selasa (23/7) waktu setempat.
Bursa berjangka merosot 5,4 poin dalam dua pekan terakhir, mencapai angka 2.222 ringgit pada 16 Juli, harga terendah sejak 13 Desember. Sementara itu, data yang dirilis dari Bloomberg menunjukkan harga minyak kelapa sawit untuk pengiriman langsung pada Agustus bertengger pada level 2.340 ringgit kemarin.
Peneliti SGS Malaysia Sdn mengatakan, pengiriman dari Malaysia, produsen terbesar setelah Indonesia, anjlok 13% menjadi 794,081 ton dalam 20 hari pertama pada Juli, lebih rendah dibandingkan dengan periode yang sama bulan lalu. Tiap tahun, tingkat produksi akan mencapai level tertingginya pada Juli-Oktober
Produksi yang tinggi ini juga turut mengakibatkan merosotnya CPO. “Produksi jalan terus, sedangkan permintaan tidak tumbuh,” kata Suluh.
Adapaun harga minyak kedelai untuk pengiriman Desember tercatat turun 0,4% menjadi 45,15 sen per pound di Chicago Board of Trade. Pengiriman kedelai untuk November menanjak ke level US$12,882 per gantang.
Adapun kelapa sawit murni (refined palm oil) untuk pengiriman Januari meningkat 0,3% menjadi 5.634 yuan (US$918) per ton di Dalian Commodity Exchange sedangkan minyak kedelai tercatat naik 0,8% pada posisi 7.314 yuan.
Pada penutupan sesi pagi tercatat harga minyak kelapa sawit merangkak naik dua hari berturut-turut setelah permintaan importir meningkat pasca-turunnya harga nyaris ke level terendah selama lebih dari 7 bulan.