Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Obligasi Layak Jadi Instrumen Pilihan

Bisnis.com, JAKARTA - Harga yang terdiskon besar-besaran dan tingkat imbal hasil yang menjulang menjadi alasan utama investor perlu menyimpan obligasi sebagai instrumen pilihan.

Bisnis.com, JAKARTA - Harga yang terdiskon besar-besaran dan tingkat imbal hasil yang menjulang menjadi alasan utama investor perlu menyimpan obligasi sebagai instrumen pilihan.

Head of Investment PT AAA asset Management Siswa Rizali menyampaikan saat ini merupakan momentum yang tepat mengalirkan dana di instrumen surat utang, yakni ketika harga berada di level bawah dengan yield yang cukup menjanjikan.

Terlebih fundamental Indonesia terbilang kuat sehingga investor dapat mengeruk keuntungan modal (capital gain).

Yield yang ada sekarang sudah masuk untuk dijadikan alat investasi. "Walaupun investor tidak pernah tahu kapan bootomline tapi saya kira sekarang sudah tepat waktunya,"ujar Siswa kepada Bisnis, Jumat (19/7/2013).

Pilihan jenis obligasi, lanjutnya, bergantung pada profil risiko dan profil jangka investasi pemilik modal. Bagi investor yang membutuhkan instrumen dengan tingkat risiko minim, maka bisa menaruh dananya di surat utang negara bertenor panjang. Namun, imbal hasil yang diraih akan relatif minim pula.

Sebaliknya, bagi investor dengan profil risiko sedang bisa menyimpan dananya di obligasi korporasi yang umumnya memberi imbal hasil lebih tinggi dari surat utang pemerintah.

"Kalau yang menerbitkan pemerintah kan risikonya tentu rendah, kalau korporasi masih ada potensi gagal bayar, risikonya lebih besar," tuturnya.

Berdasarkan profil jangka waktu investasi, obligasi korporasi hanya bisa dijadikan instrumen jangka pendek karena tidak banyak perusahaan yang mengeluarkan obligasi jangka panjang.

"Kalau yang butuh investasi jangka panjang seperti lembaga asuransi atau dana pensiun, pilihan satu-satunya di obligasi pemerintah," tambahnya.

Dalam kesempatan berbeda, komposisi investasi yang tepat menurut Ekonom PT Danareksa (Persero) Purbaya Yudhi sadewa ialah sebanyak 40% dana ditempatkan pada instrumen saham, 30% di obligasi melalui reksa dana pendapatan tetap dan sisanya 30% deposito.

Alasannya, instrumen saham diperkirakan masih akan memberi imbal hasil paling tinggi di antara instrumen lain sejalan dengan fundamental ekonomi Indonesia yang masih baik.

Secara rinci, 40% investasi saham sebaiknya ditempatkan pada saham perusahaan yang terkait dengan konsumsi domestik, seperti emiten semen, barang konsumsi, dan perumahan. "Kalau mau gambling, bisa juga taruh di saham tambang, karena kelihatannya harga sudah cukup terlalu di bawah,"sebutnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Lavinda
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper