Bisnis.com, JAKARTA— Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS terus terjadi, bahkan berpotensi menembus Rp10.300/US$.
Analis Multilateral/Commodity Desk PT Millenium Penata Futures Suluh Adil Wicaksono mengatakan pelemahan rupiah tidak bisa dianggap hal yang wajar. Dia menilai, ketika rupiah sudah tembus Rp10.000/US$, maka itu merupakan hal yang mengkhawatirkan dan Bank Indonesia perlu memikirkannya secara serius.
“Nilai tukar Rupiah yang di atas Rp10.000/US$ itu tidak wajar, bahkan sudah jauh di atas target APBN-P 2013 yang dipatok Rp9.600/US$. Dalam hal ini, BI tidak bisa menyepelekan pergerakan rupiah yang terus melemah,” ujarnya kepada Bisnis, Rabu (17/7/2013).
Dia melihat BI memang telah berupaya untuk mengendalikan rupiah a.l dengan intervensi dan menaikkan tingkat suku bunga acuan (BI rate), tetapi hasilnya masih belum optimal.
“Cadangan devisa sudah berkurang, BI rate juga sudah terlanjur naik sangat tinggi, tetapi penguatan rupiah hanya terjadi sementara,” paparnya.
Dia mengatakan BI juga perlu mencari upaya lainnya. Dia menilai meningkatkan spread dalam kurs jual beli rupiah dan dolar AS merupakan salah satu hal yang bisa saja dilakukan oleh BI.
Namun, dia memprediksi pada pekan ini rupiah masih sulit untuk bisa menguat apalagi untuk turun ke bawah Rp10.000/US$.
“Rupiah masih berat untuk menguat. Jika ditanyakan pelemahan terparah yang bisa dialami rupiah itu Rp10.300/US$ sudah di depan mata,” ungkapnya.
Pada pekan ini, lanjut dia, pergerakan rupiah juga akan menanti hasil keputusan The Federal Reserve terkait pemberian stimulus AS.