Bisnis.com, JAKARTA - Rupiah semakin terperosok jatuh, setelah melampaui level 10.000 per dolar AS, level psikologis pada Senin (15/7/2013) dan kurangnya kepercayaan pelaku pasar yang masih wait and see terhadap besaran inflasi.
Berdasarkan data Bloomberg, nilai tukar rupiah turun 0,29% menjadi Rp10.103 per US$. Sedangkan BI menetapkan kurs tengah sebesar Rp10.036 per US$.
Padahal, mata uang di kawasan Asia mayoritas menguat, yen tercatat menguat 0,47%, ringgit naik 0,09%, dolar Singapura menguat 0,21%, dan peso menguat 0,32%. Sementara won Korea Selatan naik 0,35% terhadap dolar AS.
Lana Soelistianingsih, Ekonom Samuel Sekuritas mengatakan secara tidak langsung, pernyataan Bank Indonesia yang mengurangi intervensi membuat pelemahan rupiah berlanjut.
“Namun pemicu utamanya adalah pelemahan rupiah kemarin, dimana menembus level psikologis Rp10.000/US$. Dan kita punya sejarah yang buruk jika rupiah berhasil menembus level psikologis tersebut,” ujarnya pada Bisnis, Selasa (16/7/2013).
Ariston Tjendra, Kepala Riset PT Monex Investindo Futures mengatakan, pelemahan rupiah yang tidak mengikuti pergerakan mata uang regional Asia disebabkan oleh sikap kehati-hatian pelaku pasar yang masih menanti besaran inflasi.
“Pelaku pasar masih belum memiliki kepercayaan terhadap kondisi ekonomi Indonesia dan besaran inflasi yang masih belum jelas. Ditambah lagi masuknya bulan suci Ramadan, membuat spekulasi inflasi dapat melonjak tinggi,” tuturnya.