BISNIS.COM, JAKARTA—Harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) meningkat untuk kelima kalinya dalam enam hari di tengah munculnya isyarat pertumbuhan di AS dan kekhawatiran aksi protes di Mesir akan meluas.
Sementara itu, selisih harga WTI terhadap Brent menipis hingga kurang dari US$5 per barel untuk pertama kali sejak 2011.
Minyak WTI menguat 1,5% setelah sektor manufaktur AS pulih bulan lalu, sementara itu produksi sektor manufaktur di kawasan Eropa menyusut di luar perkiraan.
Pihak militer Mesir mengeluarkan ultimatum selama 48 jam bagi para pemimpin politik untuk mencari solusi atas krisis di negara itu sembari mengingatkan bahwa tuntutan masyarakat tidak bisa dianggap remeh.
“Kami melihat isyarat pertumbuhan di AS dan hal itu sangat menguntungkan dari sisi permintaan terhadap minyak mentah,” ujar Phil Flynn, analis pasar senior pada Price Futures Group di Chicago. Dia menambahkan bahwa ada data menggembirakan di Eropa, namun aksi protes di Mesir membuat orang khawatir atas suplai minyak.
Harga minyak WTI untuk pengiriman Agustus naik US$1,43 menjadi US$97,99 per barel di bursa New York Mercantile Exchange. Posisi harga pembayaran tersebut merupakan yang tertinggi sejak 19 Juni. Sedangkan volume seluruh kontrak yang ditransaksikan tercatat 21% di atas rata-rata 100 hari pada pukul 02:34 sore waktu setempat atau 03:34 WIB Selasa (2/7/2013) sebagaimana dikutip Bloomberg.
Minyak mentah Brent untuk pengiriman Agustus meningkat 84 sen atau 0,8% menjadi US$103 per barel di bursa ICE Futures London. Volume tersebut 3,8% di bawah rata-rata 100 hari.
Sementara itu, selisih harga minyak mentah acuan Eropa terhadap WTI turun hingga US$4,77 dan bertengger di posisi US$5,01 pada penutupan perdagangan atau selisih paling tipis berdasarkan harga pembayaran sejak 4 Januari 2011.