BISNIS.COM, JAKARTA—Perusahaan pelapis baja, PT Saranacentral Bajatama Tbk (BAJA) menargetkan perolehan penjualan tahun ini sebesar Rp1,32 triliun, naik 23,36% dari tahun lalu sebesar Rp1,07 triliun.
Total penjualan itu dengan volume penjualan sebanyak 129.000 ton produk baja, naik 25,24% dari tahun lalu yang sebanyak 103.000 ton.
Direktur Saranacentral Bajatama Suryani Kamil mengatakan per akhir Mei 2013, penjualan sudah mencapai 42.000 ton senilai Rp441,5 miliar. Realisasi penjualan itu sudah 33,4% dari target penjualan tahun ini.
Direktur Utama Saranacentral Bajatama Handaja Susanto menambahkan penjualan baja tahun ini hampir semuanya dijual ke pasar domestik, seiring dengan perekonomian Indonesia yang menurut perseroan, sangat bagus.
“Kenapa kami ngga ekspor? Karena selama pasar lokal masih bisa menyerap, kami jual sebanyak-banyaknya ke lokal,” ujarnya dalam paparan publik, Senin (24/6/2013).
Handaja mengatakan tahun ini perseroan tidak menaikkan harga jual, meski harga bahan baku yang dibeli dari PT Krakatau Steel Tbk (KRAS) naik.
Menurutnya, selain dari KS, bahan baku ada yang dibeli impor dari negara-negara Asia seperti Taiwan, Korea, dan Malaysia.
“Kurang lebih porsi antara KS dan impor itu 50:50. Jadi meski KS naikin harga, kami bisa naikin porsi impor yang harganya lebih rendah dari harga KS,” ujarnya.
Komisaris Saranacentral Bajatama Ibnu Susanto menambahkan perseroan optimistis dengan kinerja tahun ini mengingat jumlah permintaan produk baja domestik masih sangat besar.
Oleh karena itu, meski ada tambahan beban seperti naiknya harga dari KS serta naiknya harga BBM, namun hal itu masih bisa diatasi oleh perseroan.
“Efek dari kenaikan harga BBM pasti ada. Tapi sepanjang demand produk baja lebih besar dari suplai, problem-nya bisa diatasi. Saya yakin kenaikan BBM itu juga karena pemerintah kita berupaya menjaga negara biar defisitnya ngga banyak,” ujarnya.
Pada tahun lalu, pabrik Karawang Timur melakukan ekspansi varian baru dengan memproduksi baja lapis alumunium seng (Saranalume) berwarna dengan nilai investasi sekitar Rp80 miliar.
Sekitar Rp48,69 miliar dari investasi tersebut bersumber dari 50% dana hasil IPO pada akhir 2011, yang digunakan untuk membeli mesin pelapis warna yang menggunakan teknologi Jepang. Sisa dananya, lanjut Ibnu, diambil dari kas internal.
“Pabriknya itu sekarang sudah testing, mestinya bisa produksi komersial bulan depan kalau ngga ada problem serius, atau paling telat pada Agustus. Produksinya sebanyak 2.500 ton Saranalume berwarna per bulan,” ujar Ibnu.