BISNIS.COM, JAKARTA—Transaksi timah yang terpantau di Bursa Komoditas dan Derivatif Indonesia (ICDX) berhenti, karena pelaku pasar diduga menunggu Peraturan Menteri Perdagangan yang baru.
Transaksi timah atau dikenal dengan nama INATIN di ICDX berhenti tanpa ada pergerakan baik jual ataupun beli di harga Rp22.600 per kilo. ICDX mengatakan jika hal itu terjadi karena pelaku pasar menunggu keputusan Permendag.
Adapun Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) Nomor 04 Tahun 2007 tentang Ekspor Timah Batangan akan dirubah.
Sejauh ini, Permendag 04/2007 menentukan, timah yang dapat diekspor adalah minimal dalam bentuk batangan berkadar 99,85%.
Namun Kementerian Perdagangan hendak mengubah pengaturan, slag timah dan timah paduan juga bisa diekspor.
Selain itu, pemerintah melalui Kementerian Perdagangan akan memberlakukan aturan ekspor timah batangan dan timah dalam bentuk lainnya dengan standar kadar paling rendah sebesar 99,9% mulai 1 Juli 2013 mendatang.
Nur Salam, Direktur ICDX, mengatakan, untuk peraturan menteri yang akan datang, transaksi perdagangan timah akan diwajibkan untuk melalui bursa berjangka. Dia mengatakan hal itu akan sangat baik bagi para produsen timah di dalam negeri.
“Mungkin para pelaku pasar tidak banyak yang tahu, para produsen timah di Indonesia merasa dirugikan. Bayangkan saja, timah yang seharusnya berharga Rp30.000 per kilo, hanya dijual sekitar Rp20.000-an di bursa berjangka internasional,” ujarnya.
Dia menambahkan, saat ini patokan harga timah dan logam lainnya ditentukan di bursa berjangka London Metal Exchange (LME), padahal Inggris itu tidak memproduksi timah secuil pun.
Adapun pengiriman timah dari Indonesia, pemasok terbesar, naik tertinggi dalam 8 bulan pada Mei ketika harga logam yang digunakan dalam solder dan kemasan tersebut mencatat penaikan bulanan untuk pertama kalinya sejak Januari.
Data Kementerian Perdagangan menunjukkan, ekspor ingot dan solder naik 18% menjadi 9.242 metrik ton dari 7.853 ton pada April. Menurut data Bloomberg, hal itu adalah penaikan terbesar sejak September ketika penjualan melonjak 75%.
Pengiriman yang lebih banyak dapat meringankan kekhawatiran bahwa pasokan dari Indonesia akan jatuh setelah negara memberlakukan aturan ketat dalam hal kemurnian mulai bulan depan.
Menurut survei Bloomberg pada bulan April, ekspor bisa turun 19% menjadi 80.000 ton tahun ini karena batas kemurnian. Aturan baru meningkatkan kadar timah kargo dan mengurangi timbal dan tingkat kadmium. Nilai kontrak di London naik 2,6% pada Mei.
Hidayat Arsani, Ketua Asosiasi Tambang Timah Indonesia mengatakan, smelter akan diuangkan dalam produksi mereka setelah kenaikan harga.
"Kami membutuhkan lebih banyak uang untuk Ramadhan dan Idul Fitri, karena perusahaan Indonesia wajib membayar kepada pekerja untuk Idul Fitri yang menandai akhir bulan puasa Ramadhan, yang dimulai pada bulan Juli," katanya seperti dikutip di Bloomberg pada Selasa (11/6).
Indonesia telah menjual logam untuk 10 negara pada bulan lalu, dengan Singapura membeli sekitar 66% dari pengiriman. Tujuan lain termasuk Malaysia, Cina dan Thailand. Menurut data Bloomberg, ekspor dalam 5 bulan pertama tahun ini naik 16,5% menjadi 43.900 ton.
Dia menambahkan timah untuk pengiriman 3 bulan turun 0,6% menjadi US$20.400 per ton di London Metal Exchange.