BISNIS.COM, JAKARTA—Harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) turun dalam lima hari berturut-turut, satu penurunan terpanjang tahun ini. Sementara pemerintah China diduga sengaja membiarkan pertumbuhan ekonomi tetap rendah di negara dengan tingkat konsumsi terbesar kedua di dunia itu.
Transaksi perdagangan berjangka turun hingga 0,7% di New York. China tidak ingin mengorbankan lingkungan untuk memastikan pertumbuhan jangka pendek, ujar President Xi Jinping dalam satu kegiatan pelatihan terhadap para petinggi Partai Komunis China pada 24 Mei lalu. OPEC, yang menguasai 40% dari pasok minyak mentah dunia, akan mempertahankan kuota produksinya 30 juta barel per hari setelah kelompok negara pengekspor minyak tersebut bertemu pada 31 Mei lalu di Wina, menurut 19 dari 20 pedagang dan analis yang disurvei Bloomberg News.
Harga minyak mentah WTI untuk pengiriman Juli turun 66% menjadi US$93,49 per barel di bursa New York Mercantile Exchange dan US$93,52 pada pukul 9:50 pagi waktu Sydney atau sekitar 6.50 WIB. Volume kontrak yang diperdagangkan dilaporkan 48% di bawah rata-rata 100 hari. Sedangkan harga turun 2% minggu lalu yang merupakan penurunan terbesar dalam kurun lebih dari satu bulan.
Harga minyak mentah Brent untuk pembayaran Juli turun 53 sen, atau 0,5% menjadi US$102,11 per barel di bursa ICE Futures Europe sebagaiman dikutip Bloomberg, Senin (27/5/2013).