BISNIS.COM, KUALA LUMPUR—Minyak sawit mentah diperdagangkan mendekati level tertinggi dalam sepekan, karena optimisme stok di Malaysia yang akan menurun.
Namun hal itu dibarengi dengan spekulasi bahwa India dapat mengurangi impor setelah catatan cadangan minyak goreng domestik naik.
Lebih lanjut, nilai kontrak untuk pengiriman Juli mengakhiri sesi pagi pada level 2.290 ringgit per ton di Bursa Malaysia Derivatives. Nilai kontrak sempat mencapai harga tertinggi sejak 30 April, sebesar 2.294 ringgit kemarin.
Survei Bloomberg menunjukkan cadangan di Malaysia, produsen kedua terbesar di dunia, kemungkinan turun 5,1% menjadi 2,06 juta ton pada April. Sementara itu, jumlah pengiriman turun 6,5% menjadi 1,44 juta ton.
Arhnue Tan, Analis di Alliance Investment Bank Bhd, mengatakan pada umumnya pasar mengharapkan persediaan Malaysia menurun. Namun, ada kemungkinan bahwa hal itu hanya bisa mendatar dari bulan ke bulan karena melemahnya ekspor.
"Mungkin ada beberapa perlambatan dari impor minyak sawit India dalam 1 sampai 2 bulan kedepan jika mereka disuplai dengan baik, " ujarnya seperti dikutip Bloomberg, Kamis, (9/5/2013)
Menurut rerata estimasi dari 5 prosesor dan broker yang dikumpulkan oleh Bloomberg, impor minyak sawit India mungkin telah naik 9% menjadi 560,000 ton pada April.
Pembelian minyak nabati, termasuk untuk keperluan industri, mungkin jatuh untuk pertama kalinya dalam 5 bulan setelah cadangan naik mendekati rekor dan musim panas memperkecil jumlah konsumsi makanan yang digoreng.
Sementara itu, harga kedelai untuk pengiriman Juli sedikit berubah menjadi US$13,9175 per bushel di Chicago Board of Trade. Selain itu, harga minyak kedelai naik 0,2% menjadi 48.90 sen per pon.
Adapun, minyak kelapa sawit curah untuk pengiriman September turun 0,5% menjadi 5.958 yuan (US$971) per ton di Dalian Commodity Exchange. Minyak kedelai turun 0,4% menjadi 7.378 yuan per ton di sana. (sep)