JAKARTA: Penerbitan obligasi PT Permodalan Nasional Madani (PNM) mengalami kelebihan permintaan hingga lebih dari dua kali lipat dibandingkan dengan tawaran awal.
Berdasarkan laporan Bahana Securities selaku penjamin emisi obligasi ini, selama masa penawaran awal (14 -28 September 2012) permintaan investor lokal mencapai sekitar Rp1,1 triliun. Ini berarti mengalami kelebihan minat beli (oversubscribed) lebih dari dua kali lipat atau sekitar 120% dari nilai penawarannya sebesar Rp500 miliar.
Presiden Direktur PNM Parman Nataatmadja mengatakan bahwa permintaan pasar terhadap Obligasi I PNM 2012 ini berasal dari semua sektor, namun tiga besar pembelinya didominasi oleh investor dari perusahaan asuransi (43%), Dana Pensiun (21%) dan perbankan (17%). Sisanya berasal dari kalangan manajer investasi, sindikasi dan lain-lain.
Bahkan, nilai permintaan pasar terhadap obligasi ini berpotensi lebih besar lagi. Pasalnya, perseroan bersama underwriter masih akan melakukan masa penawaran obligasi ini pada 8-9 Oktober 2012, sementara permintaan masih terus mengalir. Setelah masa penawaran ini usai, obligasi I PNM 2012 ini akan dicatatkan di Bursa Efek Indonesia pada 15 Oktober 2012.
“Kami sangat menyambut positif terhadap respons yang luar biasa dari pelaku pasar terhadap penerbitan obligasi PNM. Meskipun obligasi ini baru pertama kali diterbitkan, ternyata minat dari investor domestik cukup tinggi. Hal ini menjadi modal kuat bagi PNM untuk kembali melakukan penerbitan obligasi seri berikutnya,” ujarnya dalam siaran pers hari ini (Sabtu 29/9/2012).
Menurutnya, besarnya respons pasar terhadap obligasi PNM ini mengindikasikan kuatnya kepercayaan investor dan daya tarik obligasi berbasis sektor usaha mikro-kecil dan menengah (UKM). Hal ini wajar karena sektor UKM di Indonesia memiliki potensi besar dan prospek yang kuat. Apalagi, sektor ini terbukti mampu bertahan, bahkan menjadi penyelamat ekonomi negara dari tekanan krisis.
Karena itu, lanjutnya, PNM akan kembali menyiapkan rencana penerbitan obligasi pada tahun depan sehingga bisa menjembatani kebutuhan permodalan oleh sektor UKM dan tingginya komitmen investor di pasar modal untuk membantu pertumbuhan sektor UKM di Indonesia.
“Dengan suksesnya penerbitan obligasi PNM ini, kami berharap obligasi berbasis UKM ini bisa semakin berkembang di pasar modal domestik ke depannya,” tuturnya.
Seperti diketahui, lembaga keuangan nonbank milik negara alias BUMN ini menerbitkan Obligasi I PNM Tahun 2012 sebesar Rp500 miliar. Obligasi bertenor lima tahun ini menawarkan kupon di kisaran 8,75% - 9,5%. Dana hasil obligasi ini akan digunakan sebagian besar (80%) untuk disalurkan sebagai pembiayaan usaha mikro kecil (UMK) melalui ULaMM (Unit Layanan Modal Mikro) dan sisanya (20%) untuk refinancing pinjaman bank.
Obligasi ini mendapatkan peringkat “A” (single A) dengan prospek stabil dari PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo). Peringkat ini mencerminkan dukungan yang kuat dari Pemerintah RI, kondisi likuiditas dan fleksibilitas finansial yang baik dan permodalan yang relatif kuat.
Seperti diketahui, PNM menargetkan pembiayaan sektor mikro melalui unit layanan modal mikro (ULaMM) hingga akhir 2012 mencapai Rp3,11 triliun atau tumbuh sekitar 39% dibanding tahun lalu sebesar Rp2,2 triliun. Pembiayaan mikro ini juga tetap diiringi dengan prinsip kehati-hatian yang tercermin dari tingkat rasio kredit bermasalah (NPL) ULaMM sekitar 2,15%, per Juni 2012 lebih rendah NPL kredit mikro secara nasional sekitar 3,5%. (sut)