JAKARTA: Pemerintah menduga banyak dari jumlah kepemilikan asing di dalam surat berharga negara (SBN) yang mencapai 31,27% dari total beredar, merupakan investasi tidak langsung dari investor lokal.Dirjen Pengelolaan Utang Kementerian Keuangan Rahmat Waluyanto mengatakan banyak investor asal Indonesia yang membeli SBN berdenominasi rupiah di pasar sekunder, melalui agen yang berada di luar negeri salah satunya dari Singapura."Ini informasi dari pasar yang sampai pada kami, banyak orang Indonesia yang punya uang di sana [Singapura]," katanya, akhir pekan lalu.Pola transaksi seperti itu, terang dia, dilakukan untuk menghindari pengenaan pajak yang tinggi jika mereka bertransaksi langsung dari Indonesia. "Mereka membeli dari uang yang ditempatkan di Singapura karena tidak dikenakan pajak sesuai tax treaty," jelasnya.Indikasi lainnya, lanjutnya, terlihat dari jenis penempatan portofolio pada SBN yang umumnya bersifat jangka panjang. "Sebagian pemegang obligasi merupakan investor jangka panjang seperti investor dari Amerika, Aset menajemen, dana pensiun, dan asuransi," tambahnya.Namun, Rahmat belum bisa menyebutkan jumlah pasti berapa invesor lokal yang membeli SBN melalui agennya di luar negeri.Berdasarkan data Ditjen Pengelolaan Utang (DJPU) Kemenkeu per 2 November 2011, jumlah kepemilikan asing meningkat 1,3% menjadi Rp222,63 triliun dibandingkan dengan posisi akhir Oktober Rp219,78 triliun.Jumlah tersebut mencerminkan porsi kepemilikan asing 31,27% dari total beredar Rp712,01 triliun atau naik dibandingkan posisi akhir Oktober 30,87% dari total beredar yang sama. (tw)
Investor lokal beli SBN pakai identitas asing
JAKARTA: Pemerintah menduga banyak dari jumlah kepemilikan asing di dalam surat berharga negara (SBN) yang mencapai 31,27% dari total beredar, merupakan investasi tidak langsung dari investor lokal.Dirjen Pengelolaan Utang Kementerian Keuangan Rahmat
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Penulis : Yoseph Pencawan - nonaktif
Editor : Nadya Kurnia
Topik
Konten Premium
Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.
Artikel Terkait
Berita Lainnya
Berita Terbaru
5 menit yang lalu
Semarak IPO 2024 Asia Pasifik, Malaysia Ungguli Indonesia
25 menit yang lalu