JAKARTA: PT Fajar Surya Wisesa Tbk, produsen kertas industri, akan membagikan dividen interim tahun buku 2011 sebesar Rp12 per saham atau Rp29,73 miliar.
Berdasarkan keterangan resmi perseroan, akhir pekan lalu, dividen tersebut akan diambilkan dari perolehan laba bersih perseroan sepanjang semester pertama tahun ini.
Jumlah dividen interim tersebut sebesar 16,87% dari total laba bersih enam bulan pertama tahun ini sebesar Rp176,29 miliar.
Tanggal pembayaran dividen akan dilakukan pada 15 November sementara tanggal cum dividen di pasar reguler dan pasar digosiasi ditetapkan pada 27 Oktober. Adapun tanggal daftar pemegang saham (DPS) yang berhak atas dividen tunai ini adalah per 1 November pukul 16.00 WIB.
Perseroan yang memiliki total ekuitas Rp1,88 triliun itu membukukan kenaikan penjualan sebesar 23,9% menjadi Rp2,07 triliun pada paruh pertama tahun ini dibandingkan dengan periode sama tahun sebelumnya Rp1,67 triliun.
Direktur Fajar Surya Wisesa Hadi Rebowo Ongkowidjojo sebelumnya mengatakan kenaikan nilai penjualan tersebut dipicu oleh kenaikan kapasitas produksi perseroan pada tahun ini dari 700.000 ton per tahun menjadi Rp1 juta ton per tahun. "Kenaikan kapasitas produksi tersebut terjadi seiring beroperasinya mesin kertas nomor 5 sejak Desember 2010," katanya.
Pencapaian kinerja tersebut tercatat sekitar 48% dibandingkan dengan target penjualan sampai dengan akhir tahun yang dipatok perseroan sebesar Rp4,3 triliun.
Tahun ini perseroan menargetkan kenaikan EBITDA pada kisaran 18%-20% dari total penjualan sampai dengan akhir tahun.
Pada penutupan perdagangan kemarin, harga saham emiten berkode FASW itu ditransaksikan naik 50 poin atau 1,72% pada level Rp2.950 per saham. Harga tersebut membentuk kapitalisasi pasar perseroan menjadi Rp7,31 triliun.
Hadi sebelumnya menyatakan alokasi belanja modal yang disiapkan perseroan tahun ini mencapai US$60 juta. Dana tersebut akan digunakan untuk memodifikasi PM (paper machine) atau mesin kertas 7 dan memasang 2 incinerator. Sumber pendanaan belanja modal tersebut sebagian besar berasal dari pinjaman dan sisanya dari kas internal.
Menurut Hadi, total kebutuhan dana untuk memodifikasi PM 7 mencapai US$40 juta. Dua bulan lalu, perseroan pun telah menandatangani pinjaman ekspor kredit sebesar EUR21 juta dengan Export Credit Agencies asal Austria dan Finlandia.
Sementara itu untuk pembiayaan pemasangan 2 incinerator (pembakar limbah), perseroan juga telah menandatangani perjanjian kredit dengan Bank Pembangunan Perancis Proparco sebesar US$10 juta dengan tenor 8 tahun.
Perseroan kini memiliki 5 unit mesin kertas dengan total kapasitas produksi mencapai 1 juta metrik ton. Modifikasi PM 7 dengan target penambahan kapasitas produksi hingga 130.000 metrik ton per tahun dan modifikasi PM 2 dengan target penambahan kapasitas produksi hingga 120.000 metrik ton per tahun, akan menambah kapasitas yang dimiliki perseroan menjadi 1,25 juta ton per tahun.
Saat ini perseroan masih mencari pinjaman sebesar US$30 juta untuk mendanai proyek modifikasi PM 2 yang akan dilakukan pada tahun depan.(sut)