Bisnis.com, JAKARTA—PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) akan mencari pinjaman dari perbankan dalam dan luar negeri untuk memenuhi kebutuhan investasi pada 2018.
Deputi Bidang Usaha Energi, Logistik, Kawasan dan Pariwisata Kementerian BUMN Edwin Hidayat Abdullah mengungkapkan Perusahaan Listrik Negara (PLN) akan menarik pinjaman dari perbankan hingga US$2,5 miliar. Rencananya, aksi korporasi tersebut akan dilakukan pada semester II/2018.
Edwin menjelaskan bahwa penarikan pinjaman perbankan dilakukan untuk memenuhi kebutuhan modal investasi perseroan. Pasalnya, penerbitan obligasi global sebelumnya dilakukan untuk kebutuhan refinancing utang obligasi Perusahaan Listrik Negara (PLN) yang memiliki bunga lebih tinggi.
“Pinjaman perbankan untuk kebutuhan tahun ini dari kombinasi bank dalam dan luar negeri,” jelasnya di Jakarta, Selasa (5/6/2018).
Dia mengatakan langkah yang ditempuh mengingat PLN tidak mendapatkan penyertaan modal negara (PMN) pada tahun ini. Padahal, kebutuhan belanja modal korporasi setrum milik negara itu mencapai Rp122 triliun tiap tahun.
“Kami target tahun ini elektrifikasi mencapai 93%,” imbuhnya.
Seperti diketahui, PLN menerbitkan obligasi global dengan jumlah pokok US$2 miliar di Singapore Stock Exchange (SGX). Korporasi setrum milik negara itu mengemisi obligasi global dalam dua tenor yakni 10 tahun dengan kupon 5,45% dan 30 tahun dengan kupon 6,15%.
Kepala Satuan Komunikasi Korporat Perusahaan Listrik Negara I Made Suprateka mengungkapkan obligasi global yang diterbitkan mengalami oversubscribed sebanyak 3,65 kali. Pihaknya mengklaim pencapaian itu sebagai bukti surat utang perseroan tetap diminati di tengah gejolak pasar global.
Suprateka menjelaskan bahwa emisi dilakukan sebagai bagian proses liability management dan debt reprofilling perseroan. Dana segar yang dihimpun digunakan untuk melakukan buyback atau melunasi secara dini beberapa obligasi global yang diterbitkan sebelumnya dengan tingkat bunga 8%, 7,75%, dan 7,87%.