Bisnis.com, JAKARTA—Pemerintah menilai tingkat kupon 5,9% pada instrumen surat berharga syariah negara untuk investor ritel atau sukuk ritel 2018 atau SR-010 adalah besaran kupon yang wajar dan masih berpotensi menjaring minat investor ritel.
Luky Alfirman , Direktur Jenderal Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan, mengatakan bahwa besaran kupon tersebut merupakan hasil keputusan bersama setelah mendengar pertimbangan dari kalangan agen penjual sukuk ritel (sukri).
Oleh karena itu, pemerintah hari ini, Jumat (23/2/2018) membuka dimulainya masa penawaran sukri SR-010 dengan besaran kupon 5,9%. Luky mengatakan, pada saat penetapan kupon tersebut, nilai 5,9% ini relatif lebih tinggi dibandingkan seri acuannya yakni surat utang negara (SUN) tenor 3 tahun
Pada saat penetapan keputusan kupon tersebut, yield SUN 3 tahun masih sekitar 5,8%.
Namun, hingga Kamis (22/2/2018), yield SUN 3 tahun sejatinya sudah meningkat ke posisi 5,9% sehingga kupon sukri tersebut sudah tidak lebih tinggi dibandingkan SUN acuannya.
Luky mengatakan, selain memperhatikan yield di pasar sekunder, pemerintah juga memperhatikan imbal hasil dari instrumen investasi lain, termasuk deposito. Hasilnya, kupon 5,9% dianggap masih cukup menarik.
Meskipun imbal hasil tersebut sudah sama besarnya dengan yield SUN acuan, atau tanpa premium rate, tetapi pasar yang masih berfluktuasi saat ini masih memungkinkan terjadinya koreksi. Dengan demikian, kupon 5,9% relatif tetap menarik.
“Kemarin kita cek secondary market 5,82% atau 5,83%. Memang sudah naik lagi, tetapi ini kan masa penawaran masih 1 bulan. Kita confidence itu bisa menarik,” katanya dalam konverensi pers usai pembukaan masa penawaran hari ini Jumat (23/2/2018).
Lagi pula, lanjutnya, masing-masing investor memiliki pertimbangan sendiri-sendiri ketika memilih instrumen investasi. Besaran kupon tidak melulu menjadi poin yang diperhatikan, sebab investor juga memperhatikan fitur atau keunggulan lain dari tiap instrumen.
Sukri memiliki keunggulan antara lain sangat aman sebab dijamin pemerintah, kupon yang lebih tinggi dibandingkan deposito perbankan, dan bisa diperdagangkan di pasar sekunder setelah holding periode 1 bulan.
Pemerintah tidak mematok target khusus dari penerbitan sukri SR-010 ini sehingga penerbitannya nanti akan menyesuaikan dengan jumlah penawaran yang masuk. Meski begitu, target penerbitan surat utang untuk investor ritel tahun ini adalah sekitar Rp30 triliun.
Nilai tersebut sudah termasuk obligasi ritel Indonesia (ORI) dan surat berharga negara ritel online. Pemerintah belum mematok target khusus bagi nilai emisi masing-masing instrumen.
“Ini upaya kita bukan hanya untuk membiayai defisit anggaran tetapi juga upaya untuk membangun inkluasi keuangan. Kita ingin membentuk masyarakat bukan hanya yang saving base oriented tetapi investment oriented,” katanya.