Bisnis.com, JAKARTA—PT Adaro Energy Tbk., (ADRO) pada 2018 perusahaan menargetkan produksi batu bara 54 juta—56 juta ton.
Perusahaan menargetkan EBITDA pada 218 senilai US$1,3 miliar—US$1,5 miliar. Angka tersebut meningkat dibandingkan estimasi EBITDA operasional pada 2017 sebesar US$900 juta—US$1,1 miliar.
“Panduan perseroan untuk tahun 2018 produksi batu bara mencapai 54 juta—56 juta ton,” ujar dalam keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia, Sekretaris Perusahaan ADRO Mahardika Putranto yang dikutip, Kamis (8/2/2018).
Mahardika menuturkan, pada 2017 perseroan memproduksi batu bara sejumlah 51,79 juta ton, turun 2% year on year (yoy) dari realisasi 2016 sebesar 52,64 juta ton. Adapun, volume penjualan mencapai 51,82 juta ton, turun 4% yoy dari sebelumnya 54,09 juta ton.
Pengupasan lapisan penutup pada 2017 sebesar 238,70 juta bank kubik meter (Mbcm). Jumlah itu meningkat 2% yoy dari 2016 sejumlah 234,13 Mbcm.
Secara geografis, pasar batu bara perseroan didominasi Indonesia sebanyak 20%, selanjutnya Malaysia sebesar 15%, China 12%, Korea Selatan 11%, Jepang 10%, India 8%, dan sejumlah negara lainnya. Meningkatnya konsumsi Negeri Jiran disebabkan beroperasinya sejumlah PLTU pada 2017.
Baca Juga
Mahardika menyampaikan, rerata harga batu bara global Newcastle pada 2017 meningkat 34% yoy menjadi US$88 per ton. Secara umum, fundamental pasar batu hitam mengalami perbaikan serta menuju keseimbangan baru antara suplai dan permintaan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel