Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Aksi Jual di Wall Street Berlanjut, Bursa Asia Melemah

Indeks S&P/ASX 200 Australia merosot 2,96% di awal perdagangan, sedangkan indeks Nikkei 225 anjlok 4,2% ke level 21.729,11 pada pukul 7.30 WIB.
bursa asia
bursa asia

Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham Asia bersiap menghadapi pelemahan di hari kedua pada perdagangan Selasa (6/2/2018) setelah aksi panic selling di bursa saham AS yang menyebabkan indeks Dow Jones merosot.

Indeks S&P/ASX 200 Australia merosot 2,96% di awal perdagangan, sedangkan indeks Nikkei 225 anjlok 4,2% ke level 21.729,11 pada pukul 7.30 WIB.

Kontrak pada indeks saham AS melaju menuju titik terendah setelah indeks S&P 500 di hari Senin merosot 4,1%, menghapus kenaikan sejak awal tahun, sedangkan indeks Dow Jones merosot lebih dari 1.100 poin.

Aksi jual dipercepat menjelang akhir perdagangan di bursa AS, dengan Dow tenggelam lebih dari 800 poin dalam hitungan 15 menit. Indeks Volatilitas Cboe, yang dikenal sebagai VIX, meningkat dua kali lipat ke tingkat level tertinggi dalam 2,5 tahun.

"Kecepatannya mencerminkan beberapa masalah struktur pasar modern yang mendominasi," kata Michael Devine, kepala analis global Weeden & Co.’s, seperti dikutip Bloomberg.

"Hal yang paling penting bagi sentimen bullish adalah bahwa pasar obligasi tidak melesat di luar kendali, jadi fondasi tren bullish saat ini tidak terlalu berbeda hanya karena ini pelemahan yang kita alami saat ini,” lanjutnya.

Sejumlah ahli finansial dibuat kebingungan untuk menjelaskan pergerakan dalam waktu singkat ini. Kecemasan sudah muncul sebelumnya menyusul prospek kebijakan moneter, dengan pasar saham tertekan oleh lonjakan imbal hasil obligasi.

Meskipun pasar saham mengalami pelemahan terburuk, beberapa investor terbesar tetap optimis. Ray Dalio, pendiri hedge fund terbesar di dunia, Bridgewater Associates, mengatakan penurunan besar tersebut hanya merupakan koreksi kecil dan ada banyak modal yang menunggu untuk masuk dan melakukan pembelian saham.

"Saya benar-benar berpikir ada peluang membeli, mungkin tidak hari ini, tapi sampai minggu ini karena aksi jual ini semakin buruk," kata Sean Fenton, manajer portofolio di Tribeca Investment Partners.

Sementara itu, harga minyak kembali merosot, meskipun harga logam seperti tembaga dan nikel menguat setelah indeks manajer pembelian (PMI) China naik pada bulan Januari. Bitcoin jatuh di bawah level US$7.000.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper