Bisnis.com, JAKARTA - Arab Saudi sebagai pimpinan OPEC secara de facto meyakini kesepakatan pemangkasan produksi minyak mentah bakal berlanjut sampai paruh kedua 2017.
Merespon pernyataan itu, harga minyak naik lebih dari 1%. Pada perdagangan Senin (8/5/2017) pukul 10:50 WIB, harga minyak WTI kontrak Juni 2017 naik 0,64 poin atau 1,38% menuju US$46,86 per barel. Sementara minyak Brent kontrak Juli 2017 meningkat 0,71 poin atau 1,45% menjadi US$49,81 per barel.
Sebelumnya, OPEC dan negara-negara produsen minyak mentah lainnya berjanji memangkas suplai baru sekitar 1,8 juta barel per hari (bph) menjadi 32,5 juta bph pada semester I/2017. Tujuannya adalah mengangkat harga minyak yang mengalami tren menurun pada dua tahun belakangan.
Organisasi membuka kemungkinan memperpanjang masa pemangkasan suplai hingga paruh kedua 2017. Rencananya, kesepakatan perpanjangan itu akan diputuskan dalam rapat para menteri negara anggota OPEC pada 25 Mei 2017 di Wina, Austria.
Seperti dikutip dari Reuters, Menteri Energi Arab Saudi Khalid Al-Falih mengatakan, pasar minyak saat ini menuju keseimbanga setelah bertahun-tahun mengalami kelebihan pasokan. Namun, dia berharap pemangkasan produksi pada paruh pertama tahun ini akan diperpanjang hingga penghujung 2017.
"Berdasarkan konsultasi yang saya lakukan dengan anggota yang berpartisipasi [dalam kesepakatan], saya yakin kesepakatan tersebut akan berlanjut sampai paruh kedua tahun ini," kata Al-Falih, dalam sebuah acara di Kuala Lumpur, Senin (8/5/2017).
Baca Juga
Al-Falih mengatakan bahwa harga baru-baru ini turun, disebabkan oleh rendahnya permintaan musiman, perbaikan kilang minyak, dan pertumbuhan produksi di luar OPEC, terutama di Amerika Serikat.
Produksi minyak AS telah meningkat lebih dari 10% sejak pertengahan 2016 sampai 9,3 juta bph. Volume tersebut mendekati pasokan dari produsen utama seperti Rusia dan Arab Saudi.
Meskipun demikian, sambungnya, pasar telah membaik dari posisi terendah tahun lalu, ketika harga minyak mentah turun di bawah US$30 per barel. Dia juga memperkirakan permintaan minyak global akan tumbuh dalam volume yang mendekati tahun lalu.
"Pertumbuhan permintaan minyak China diperkirakan sesuai dengan tahun lalu, didukung sektor transportasi yang kuat. Sementara India mencatat pertumbuhan yang sehat," katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel