SES merupakan pemegang 25,2% saham di PT Supreme Energy Rantau Dedap (SERD), suatu perusahaan yang memiliki pembangkit listrik tenaga panas bumi di Sumatera Selatan dengan kapasitas terpasang sebesar 91,2 MW. Setelah transaksi ini, total kepemilikan efektif UNTR di SERD meningkat dari 32,7% menjadi 40,4%.
Pada Juli lalu, ASII melalui entitas PT Saka Industrial Arjaya (SIA) telah menandatangani perjanjian jual beli saham bersyarat untuk mengakuisisi 83,7% saham emiten pergudangan MMLP.
Setelah transaksi selesai, SIA akan menjadi pemegang saham pengendali baru MMLP dan sesuai dengan peraturan pasar modal, perusahaan tersebut akan melakukan penawaran tender wajib.
Djony menilai akuisisi tersebut merupakan bagian dari strategi ASII untuk memanfaatkan pertumbuhan yang pesat atas kebutuhan infrastruktur industri dan logistik di Indonesia.
ASII juga berinvestasi di PT Medikaloka Hermina Tbk. (HEAL). Terbaru, ASII menambah kepemilikan sahamnya di HEAL.
Berdasarkan data laporan kepemilikan lebih dari 5% Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) pada 29 Juli 2025, ASII tercatat memborong 65,29 juta saham HEAL. Kini, kepemilikan saham ASII di HEAL menebal menjadi 1,17 miliar lembar atau porsi 7,65%.
Baca Juga
Selain akuisisi serta penambahan kepemilikan saham di portofolio bisnisnya, ASII juga menjalankan aksi korporasi lainnya. Pada April 2025, Toyota Motor Asia Pte. Ltd. (TMA) melakukan investasi sebesar US$120 juta atau sekitar Rp2 triliun untuk 40% kepemilikan saham di entitas mobil bekas milik ASII, yakni PT Astra Digital Mobil (ADMO).
Setelah transaksi, ASII tetap memiliki kontrol atas ADMO dengan kepemilikan saham sebesar 60%.
Geliat investasi di berbagai portofolio bisnis itu dijalankan ASII di tengah kinerja lesu labanya. ASII telah membukukan laba bersih yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp15,51 triliun pada semester I/2025.
Berdasarkan laporan keuangan, laba bersih ASII itu turun 2,15% secara tahunan (year on year/yoy) dibandingkan laba bersih periode yang sama tahun sebelumnya Rp15,85 triliun.
Lesunya laba ASII itu didorong oleh melemahnya segmen usaha yang menjadi kontributor terbesar, yakni segmen alat berat, pertambangan, konstruksi dan energi, serta segmen otomotif.
Kontribusi laba terbesar ASII yakni di segmen usaha otomotif menurun 8% yoy menjadi Rp5,3 triliun. Menurut Djony, kondisi pelemahan laba segmen otomotif tersebut mencerminkan volume penjualan yang lebih rendah di tengah pasar otomotif nasional yang lemah.
Laba bersih dari divisi alat berat, pertambangan, konstruksi dan energi lewat UNTR juga menurun 15% menjadi Rp5 triliun. Kinerja bisnis jasa penambangan terdampak oleh curah hujan yang tinggi. Sementara bisnis pertambangan batu bara terdampak oleh harga batu bara yang lebih rendah
Meski begitu, ke depan, Djony menilai ASII tetap optimistis terhadap ketahanan portofolio bisnis yang terdiversifikasi.
"Kami juga berkomitmen untuk menjaga disiplin keuangan serta keunggulan operasional, sambil terus secara seksama mencari peluang pertumbuhan jangka panjang," ujarnya.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.