Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Saham BMRI hingga BBCA Masih Banyak Dijual Asing saat BI Rate Turun

Asing masih tarik dana dari pasar saham RI meski IHSG menguat usai BI pangkas suku bunga. Saham seperti BMRI dan BBCA tercatat banyak dilepas investor asing.
Karyawan beraktivitas di depan layar monitor yang menampilkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di PT Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (09/04/2025). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Karyawan beraktivitas di depan layar monitor yang menampilkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di PT Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (09/04/2025). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA — Dana asing masih keluar dari pasar saham Indonesia saat indeks harga saham gabungan (IHSG) kinclong tersengat penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI). Sejumlah saham seperti PT Bank Mandiri Tbk. (BMRI) dan PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) banyak dijual asing.

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), IHSG menguat sebesar 0,72% atau 51,52 poin menuju posisi 7.192,01 pada perdagangan hari ini, Rabu (16/7/2025).

IHSG pun berada di zona hijau, menguat 1,58% sepanjang tahun berjalan (year to date/ytd) atau sejak perdagangan perdana 2025.

Penguatan IHSG terjadi seiring dengan penurunan suku bunga acuan BI. Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia hari ini, Rabu (16/7/2025) memutuskan memangkas suku bunga acuan BI Rate menjadi 5,25%.

Pemangkasan tersebut menjadi yang ketiga dalam tahun ini. Terakhir, BI memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin pada Mei lalu.

Namun di tengah kinerja kinclong IHSG, pasar saham Indonesia mencatatkan nilai jual bersih atau net sell asing sebesar Rp1,1 triliun pada perdagangan hari ini. Alhasil, net sell asing pun mencapai Rp60,4 triliun sepanjang 2025 berjalan.

Terdapat sejumlah saham yang mencatatkan net sell asing besar pada perdagangan hari ini saat BI Rate turun. Saham BMRI misalnya mencatatkan net sell asing sebesar Rp797,26 miliar pada perdagangan hari ini.

Kemudian, saham BBCA mencatatkan net sell asing sebesar Rp316,44 miliar pada perdagangan hari ini. Saham bank jumbo lainnya PT Bank Negara Indonesia Tbk. (BBNI) mencatatkan net sell asing sebesar Rp41,75 miliar.

Selain saham bank jumbo, deretan saham di sektor lainnya banyak dijual asing pada hari ini. Saham PT Surya Semesta Internusa Tbk. (SSIA) mencatatkan net sell asing Rp53,19 pada perdagangan hari ini. Lalu, saham PT Pertamina Geothermal Energy Tbk. (PGEO) mencatatkan net sell asing Rp43,66 miliar.

Equity Research Analyst Panin Sekuritas Felix Darmawan menilai meskipun pasar saham Indonesia tersengat oleh sentimen positif penurunan suku bunga acuan BI, namun aliran dana asing saat ini masih volatil. Di sisi lain, pasar saham Indonesia juga terdampak oleh keputusan tarif resiprokal AS.

Presiden AS Donald Trump baru saja menyatakan bahwa Indonesia bakal dikenakan tarif sebesar 19% atau lebih rendah dari yang sebelumnya 32%. Keputusan tersebut disampaikan Trump usai dilakukannya serangkaian proses negosiasi antara kedua negara hingga akhirnya mencapai kesepakatan.

Namun, ada sejumlah syarat yang diajukan AS ke Indonesia. Dalam kesepakatan tersebut, barang-barang Indonesia yang masuk ke AS bakal dikenakan tarif 19%. Adapun, barang-barang dari AS tidak akan dikenai tarif sama sekali.

"Investor global tetap waspada karena tarif ini menandai potensi memanasnya hubungan dagang, dan bisa berdampak jangka panjang terhadap sentimen makro," ujar Felix kepada Bisnis pada Rabu (16/7/2025).

Sentimen tarif Trump ke Indonesia sebesar 19% dinilai tetap menjadi 'awareness alert' bagi investor, terutama yang memiliki eksposur besar ke pasar ekspor AS. Sektor saham yang bisa terdampak negatif mencakup tekstil dan garmen, alas kaki, hingga komponen otomotif dan farmasi.

Adapun, Community & Retail Equity Analyst Lead PT Indo Premier Sekuritas (IPOT) Angga Septianus menilai penurunan suku bunga acuan sebenarnya memberikan sinyal bahwa otoritas moneter siap mendukung pertumbuhan ekonomi, menjaga stabilitas nilai tukar, dan menstimulus permintaan domestik.

"Kebijakan ini secara historis memiliki korelasi positif dengan peningkatan likuiditas di pasar saham serta memperkuat minat investor asing terhadap aset berisiko, terutama jika didukung oleh inflasi yang terkendali dan outlook fiskal yang tetap solid," ujar Angga.

Khusus bagi saham bank jumbo seperti BMRI dan BBCA, penurunan suku bunga acuan mendorong penyusutan biaya dana dan potensi pertumbuhan kredit yang lebih tinggi.

Sebelumnya, Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia Miftahul Khaer menilai pada semester II/2025, aliran dana asing masih akan cukup fluktuatif dan akan sangat bergantung pada dinamika global. Penurunan suku bunga acuan dan stabilitas nilai tukar rupiah menurutnya akan menjadi katalis positif.

Dia menilai, saham perbankan seperti BBCA dan BMRI masih akan menjadi penentu aliran dana asing pada semester II/2025. Selain sektor perbankan, sektor yang bisa memengaruhi aliran dana asing ke depan antara lain energi, khususnya emiten batu bara dan nikel, telekomunikasi, serta emiten konsumen primer yang punya kinerja defensif.

"Fokus investor asing kemungkinan akan beralih ke saham dengan pertumbuhan stabil, dividen menarik, dan eksposur yang minim terhadap risiko geopolitik atau tekanan eksternal lain," tutur Miftahul. 

_______

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Ibad Durrohman
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper