Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Wacana Pungutan Bea Keluar Tumbangkan Saham ANTM, BRMS hingga PTBA

Rencana implementasi bea keluar membuat sejumlah saham emiten tambang berbasis emas dan batu bara tertunduk lesu ketika IHSG melaju.
Tumpukan batu bara di depan cerobong asap industri dengan latar langit biru./Bloomberg - Waldo Swiegers
Tumpukan batu bara di depan cerobong asap industri dengan latar langit biru./Bloomberg - Waldo Swiegers

Bisnis.com, JAKARTA — Kabar implementasi pungutan bea keluar, yang rencananya dimulai pada 2026, membuat sejumlah saham emiten tambang berbasis emas dan batu bara tertunduk lesu ketika IHSG melaju.

Pemerintah kini tengah mengkaji pengenaan bea keluar terhadap emas dan batu bara dengan besaran yang fleksibel mengikuti perkembangan harga di pasar.

Artinya, bea keluar bakal dikenakan saat harga dianggap tinggi dengan besaran tertentu, tetapi ditangguhkan ketika harga dinilai kurang menguntungkan.

Head of Research Kiwoom Sekuritas Indonesia Liza Camelia Suryanata menyatakan bahwa penerapan skema fleksibel berpotensi membuat harga jual komoditas Indonesia menjadi kurang kompetitif dibandingkan dengan negara pesaing seperti Australia, Afrika Selatan, dan Rusia.

Pasalnya, ketika harga tinggi dan bea keluar berlaku, biaya ekspor akan meningkat sehingga margin menurun. Pembeli pun bisa beralih, terutama untuk pasar yang sensitif terhadap harga seperti India, China dan negara berkembang.

“Daya saing global terancam saat harga sedang tinggi, ketika seharusnya margin ekspor optimal,” ujar Liza saat dihubungi Bisnis, Selasa (15/7/2025).

Sementara itu, saat harga global rendah dan bea keluar dibebaskan, dampaknya diperkirakan cenderung netral. Namun, kondisi harga rendah umumnya disertai dengan permintaan yang melemah di pasar internasional.

Seiring hal tersebut, sejumlah saham emiten emas dan batu bara terpantau mengalami koreksi, Selasa (15/7/2025). Dari sektor emas, saham PT Aneka Tambang Tbk. (ANTM) ditutup melemah 0,99% ke level Rp3.000 per saham.

Saham PT Archi Indonesia Tbk. (ARCI) juga turun 3,36% menjadi Rp575 dan PT Bumi Resources Minerals Tbk. (BRMS) terkoreksi 1,68%. Adapun, saham PT Merdeka Copper Gold Tbk. (MDKA) masih menguat 2,87% ke Rp2.150.

Di sektor batu bara, harga saham emiten tambang pelat merah yakni PT Bukit Asam Tbk. (PTBA) terkontraksi sebesar 0,80% menuju Rp2.470, sementara saham PT Alamtri Resources Indonesia Tbk. (ADRO) turun 0,55% ke Rp1.815.

Saham PT Indo Tambangraya Megah Tbk. (ITMG) ikut melemah 0,22% ke Rp22.400 dan PT Indika Energy Tbk. (INDY) turun 0,75% menjadi Rp1.330.

Sebaliknya, saham PT Bayan Resources Tbk. (BYAN) dan PT Dian Swastatika Sentosa Tbk. (DSSA) mencetak kenaikan masing-masing 1,03% dan 3,67%.

Pelemahan mayoritas saham tambang terjadi di tengah IHSG yang ditutup menguat sebesar 0,61% atau 43,22 poin menuju posisi 7.140,47 pada hari ini.

Liza menilai kebijakan bea keluar berpotensi memberikan sentimen negatif bagi sejumlah emiten eksportir murni seperti ITMG, ADRO, DSSA, dan MDKA.

Keempat emiten ini disebut mengandalkan 70% hingga 100% penjualannya dari pasar ekspor. Alhasil, bea keluar akan menambah beban margin, serta berisiko menurunkan volume ekspor dan laba bersih emiten.

Di sisi lain, emiten dengan orientasi domestik atau hilirisasi seperti PTBA dan BRMS dinilai lebih tahan terhadap dampak rencana kebijakan bea keluar.

“BRMS menjual seluruh produknya ke smelter domestik milik sendiri, sehingga dampak bea keluar sangat minim,” pungkas Liza.

Dia menuturkan bahwa PTBA memiliki porsi penjualan dalam negeri sebesar 53% pada 2024, sedangkan 47% sisanya berasal dari ekspor. Dengan begitu, dampak bea keluar terhadap perseroan hanya terasa saat harga tinggi.

__________ 

Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab atas kerugian atau keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper