Bisnis.com, JAKARTA — Bursa Efek Indonesia (BEI) melakukan suspensi atas perdagangan saham PT Krakatau Steel (Persero) Tbk. (KRAS) mulai sesi I perdagangan hari ini, Selasa (1/7/2025).
Kepala Divisi Pengawasan Transaksi BEI Yulianto Aji Sadono mengungkapkan suspensi saham dilakukan sehubungan dengan terjadinya peningkatan harga kumulatif yang signifikan pada saham PT Krakatau Steel (Persero) Tbk. (KRAS).
"Dalam rangka cooling down dan sebagai bentuk perlindungan bagi Investor, BEI memandang perlu untuk melakukan penghentian sementara perdagangan saham KRAS pada perdagangan tanggal 1 Juli 2025," kata Yulianto dalam keterangan resmi, Senin (30/6/2025).
Penghentian sementara perdagangan saham KRAS tersebut dilakukan di Pasar Reguler dan Pasar Tunai. Tujuannya ialah memberikan waktu yang memadai bagi pelaku pasar untuk mempertimbangkan secara matang berdasarkan informasi yang ada dalam setiap pengambilan keputusan investasinya di saham KRAS tersebut.
"Para pihak yang berkepentingan diharapkan untuk selalu memperhatikan keterbukaan informasi yang disampaikan oleh perseroan," imbuh Yulianto.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia, harga saham KRAS melejit 13,88% atau 30 poin ke level Rp246 per lembar pada penutupan perdagangan Senin (30/6). Dalam sebulan terakhir, saham KRAS telah melonjak 87,79%, dan sepanjang tahun berjalan 2025 emiten baja tersebut telah terbang 132,08%.
Baca Juga
Krakatau Steel (KRAS) Ekspansi ke Vietnam
Pada pemberitaan Bisnis sebelumnya, Krakatau Steel mengumuman telah menandatangani nota kesepahaman dengan Vietnam Steel Corporation untuk memasok baja hot rolled coil (HRC) sebanyak 120.000 ton selama satu tahun ke depan.
Kerja sama tersebut diumumkan dalam gelaran Iron Steel Summit & Exhibition Indonesia (ISSEI) 2025 yang telah berlangsung selama pekan lalu.
Direktur Utama Krakatau Steel Muhamad Akbar Djohan menyatakan bahwa kerja sama dengan Vietnam merupakan bagian dari strategi pemulihan operasional usai optimalisasi kembali Pabrik Hot Strip Mill 1 milik perseroan.
“Krakatau Steel suplai baja hingga 120.000 ton kepada Vietnam Steel Corporation dan ini menandakan bahwa kami mulai mengoptimalkan produksi Pabrik Hot Strip Mill 1 setelah recovery,” ujarnya dalam siaran pers dikutip Senin (26/5/2025).
Akbar menambahkan bahwa langkah ekspansi memperlihatkan kesiapan KRAS dalam memanfaatkan peluang pasar di tengah tekanan yang dihadapi industri baja Vietnam.
Musababnya, menurut laporan Reuters, Vietnam dikabarkan mempertimbangkan penerapan tarif pada baja galvanis impor dari China dan Korea Selatan sebagai respons atas membanjirnya produk-produk tersebut ke pasar domestik.
Di sisi lain, penandatanganan tersebut sejalan dengan dorongan pemerintah Indonesia untuk memperkuat kerja sama regional di tengah tekanan global.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, sebelumnya mendorong Krakatau Steel untuk meningkatkan peran dalam penguatan industri baja Asean sekaligus memperluas kerja sama ke tingkat regional.
Upaya itu dilakukan seiring ditandatanganinya nota kesepahaman ASEAN Iron & Steel Council oleh board of directors dari enam negara yang hadir, yaitu Malaysia, Indonesia, Filipina, Singapura, Thailand, dan Vietnam.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.