Bisnis.com, JAKARTA – BRI Danareksa Sekuritas memberikan rekomendasi hold untuk saham PT Pertamina Geothermal Energy Tbk. (PGEO) usai penyelesaian Proyek Lumut Balai 2 mengalami keterlambatan.
Semula, emiten panas bumi pelat merah itu menargetkan operasi komersial proyek dengan tambahan 55 mega watt (MW) itu pada Juni 2025.
Analis BRI Danareksa Sekuritas Timothy Wijaya dan Naura Reyhan Muchlis, dalam risetnya menyebut bahwa proyek Lumut Balai 2 milik PGEO baru akan rampung Juli 2025.
”Pengoperasian Lumut Balai unit 2 dengan kapasitas 55MW akan tertunda hingga Juli 2025, yang menjadi penambahan kapasitas pertama sejak IPO pada tahun 2023,” kata mereka dalam risetnya, dikutip Selasa (3/6/2025).
Para analis menerangkan, PGEO sejatinya memiliki prospek pertumbuhan yang tetap terjaga. Cost of fund PGEO berada pada level yang rendah, yaitu 3,75%, dengan debt to equity ratio (DER) adalah 0,37x, yang berada di bawah batas dari Pertamina sebesar 1,0x.
Dengan begitu, para analis menilai bahwa PGEO sejatinya masih memiliki kemampuan untuk menambah utang hingga US$1,3 miliar guna mendukung proyek-proyek perseroan, salah satunya Proyek Quick Win berkapasitas 395 MW.
Baca Juga
”Seiring diumumkannya RUPTL 2025–2034, PGEO dan PLN IP seharusnya dapat melanjutkan proyek co-generation karena Kementerian ESDM telah menyetujui tambahan kapasitas sebesar 5,2GW,” tambahnya.
Para analis BRI Danareksa Sekuritas merekomendasikan hold untuk saham PGEO setelah reli kenaikan harga saham perseroan belakangan. Adapun target harga yang direkomendasikan para analis adalah pada level Rp1.250.
Mereka juga menurunkan proyeksi pendapatan dan laba bersih perseroan pada FY25 karena keterlambatan proyek Lumut Balai 2 sehingga memberikan kapasitas yang lebih rendah dari target.
”Karena mempertimbangkan faktor kapasitas Lumut Balai yang lebih rendah akibat sedikit keterlambatan [commisioning on date], serta peningkatan beban bunga dari Lumut Balai yang sebelumnya dikapitalisasi, yang menyebabkan penurunan laba bersih FY25-26 sebesar -12,0%/-3,1% menjadi US$157 juta,” tambahnya.
Akan tetapi, para analis menegaskan bahwa mereka dapat saja meningkatkan rekomendasi mereka jika terdapat pertumbuhan average selling price yang lebih kuat dan pelunasan utang yang lebih awal.
Sebaliknya, kapasitas proyek yang lebih rendah dan keterlambatan dalam penyelesaian proyek menjadi risiko penurunan.
Adapun dalam konsensus Bloomberg, sebanyak 6 analis merekomendasikan buy pada saham PGEO dan 3 merekomendasikan hold di tengah RUPTL PLN 2025—2034 yang santer terdengar.
Dalam RUPTL teranyar, porsi penyediaan tenaga listrik sebanyak 76% ditargetkan berasal dari energi baru dan terbarukan (EBT). Dari target itu, panas bumi ditargetkan menyumbang kapasitas sebesar 5,2 giga watt (GW).
Dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PT PLN (Persero) 2025-2034 penambahan kapasitas listrik ditargetkan mencapai 69,6 gigawatt (GW). Angka tersebut lebih tinggi dari RUPTL 2021–2030 yang hanya 40,6 GW.
Dalam RUPTL teranyar, 76% dari total kapasitas itu berasal dari energi baru dan terbarukan (EBT). Adapun, komposisi porsi EBT itu terdiri atas 42,6 GW atau 61% dan storage 10,3 GW atau 15%.
Merespons hal tersebut, Direktur Utama Pertamina Geothermal Energy Julfi Hadi menerangkan perseroan setidaknya mempersiapkan tiga proyek dengan kapasitas total 395 mega watt (MW).
Proyek itu antara lain pengembangan Lumut Balai Unit 2 dengan kapasitas 55 MW, Hululais Unit 1&2 dengan kapasitas 110 MW, serta sejumlah proyek co-generation dengan total kapasitas 230 MW.
Adapun, proyek Lumut Balai Unit 2 ditargetkan bisa beroperasi pada pertengahan 2025. Sementara itu, perseroan juga menargetkan kapasitas terpasang menjadi 1 GW dalam 2 tahun ke depan dan 1,7 GW pada 2034.
“Oleh karena itu, PGE siap berkontribusi aktif untuk menyediakan energi lokal yang andal, menggerakkan ekonomi lokal dan regional, sekaligus mendukung pencapaian target-target nasional melalui pengembangan proyek-proyek kunci,” kata Julfi dalam keterangan resminya, Selasa (27/5/2025).
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.