Bisnis.com, JAKARTA – PT Harum Energy Tbk. (HRUM) menetapkan target produksi batu bara pada 2025 di angka 5,0—5,5 juta ton. Di tengah Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PT PLN, HRUM mengaku tidak dapat mengoleksi pendapatan dengan lebih leluasa di tengah kesempatan ini.
Direktur Utama Harum Energy Ray Antonio menerangkan, upaya perseroan untuk dapat meraup dana tebal dari RUPTL PLN akan terbatas, karena telah memiliki rencana penambangan yang telah disepakati direksi untuk 2025.
”Sebetulnya ruang itu menurut kami agak sedikit terbatas karena memang target produksi yang sudah kami rencanakan untuk tahun 2025 ini sudah disesuaikan dengan main plan. Sehingga kalaupun kami memang memiliki peluang untuk menaikkan tingkat produksi, itu juga jumlahnya akan sangat terbatas,” katanya dalam paparan publik perseroan, Selasa (27/5/2025).
Begitu pula dengan torehan laba bersih dan pendapatan perseroan pada 2025. Dengan terbatasnya jumlah produksi yang bisa HRUM tingkatkan, pihaknya tidak memiliki ekspektasi terhadap meningkatnya laba dan pendapatan melalui RUPTL PLN.
Menurutnya, target pendapatan dan laba bersih perseroan pada 2025 akan lebih banyak bergantung pada realisasi harga jual batu bara perseroan secara rata-rata dan biaya produksi pada tahun ini.
”Dua hal tersebut akan menjadi faktor yang lebih dominan dalam mengerek target pendapatan dan laba perseroan untuk tahun 2025,” lanjutnya.
Baca Juga
Adapun perseroan menargetkan produksi batu bara dan volume penjualan emas hitam itu pada kisaran 5,0—5,5 juta ton pada 2025. Proyeksi itu menurun dibandingkan realisasi 2024 perseroan pada produksi batu bara dan volume penjualan masing-masing di angka 6,1 juta ton dan 6,0 juta ton.
Menurut Ray, target tersebut cukup realistis mengingat beragam kondisi yang melemahkan permintaan batu bara.
”Kami juga memandang bahwa kondisi pasar batu bara tahun ini mungkin tidak lebih baik dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Oleh karena itu, kami menetapkan target produksi yang konservatif,” tuturnya.
Di tengah tantangan melemahnya harga batu bara, Ray mengatakan, pada tahun ini, perseroan berupaya menjaga biaya produksi untuk dapat membuat margin operasional perseroan sehat.
Adapun penambahan pembangkit listrik dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PT PLN (Persero) 2025-2034 ditargetkan mencapai 69,6 gigawatt (GW). Angka tersebut lebih tinggi dari RUPTL 2021–2030 yang hanya 40,6 GW.
Dalam RUPTL teranyar, 76% dari total kapasitas itu berasal dari energi baru dan terbarukan (EBT). Adapun, komposisi porsi EBT itu terdiri atas 42,6 GW atau 61% dan storage 10,3 GW atau 15%.
Sebanyak 16 GW sisanya akan berasal dari pembangkit fosil, yakni gas sebesar 10,3 GW dan batu bara 6,3 GW.
Sementara itu, penambahan pembangkit sebesar 40,6 GW dalam RUPTL 2021-2030 terdiri atas 20,9 GW EBT dan 19,7 GW energi fosil.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengatakan, rencana penambangan 69,5 GW pembangkit baru dalam RUPTL 2025-2034 itu akan terbagi dalam dua periode atau per 5 tahun.
Untuk 5 tahun pertama, kapasitas pembangkit yang dibangun mencapai 27,9 GW, sedangkan 41,6 GW sisanya akan dibangun pada periode 5 tahun kedua.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.