Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Prospek Harga Emas dan Naiknya Belanja Logam Mulia Warga RI

Harga emas yang kembali ke tren penguatannya mendorong naiknya belanja warga RI terhadap aset safe haven ini.
Reyhan Fernanda Fajarihza, Dionisio Damara Tonce
Selasa, 20 Mei 2025 | 08:31
Seorang karyawan memamerkan emas batangan seberat satu kilogram untuk difoto di toko Tanaka Holdings Co. di Tokyo, Jepang. Bloomberg/Akio Kon
Seorang karyawan memamerkan emas batangan seberat satu kilogram untuk difoto di toko Tanaka Holdings Co. di Tokyo, Jepang. Bloomberg/Akio Kon

Bisnis.com, JAKARTA – Harga emas kembali ke tren penguatan usai melemah menyusul ekspektasi kesepakatan tarif perdagangan Amerika Serikat – China. Minat

Mengutip Reuters, Selasa (20/5/2025), harga emas di pasar spot naik 0,9% menjadi US$3.229,51 per troy ounce pada akhir perdagangan Senin. Sementara itu, kontrak berjangka emas AS melonjak 1,5% ke posisi US$3.233,50 per troy ounce.

Harga emas melonjak seiring pelemahan dolar AS dan meningkatnya permintaan terhadap aset lindung nilai (safe haven) menyusul penurunan peringkat kredit pemerintah AS oleh Moody’s.

Moody’s resmi memangkas peringkat utang pemerintah AS dari Aaa menjadi Aa1 pada Jumat lalu, dengan alasan meningkatnya beban utang dan biaya bunga yang jauh melampaui negara-negara lain dengan peringkat serupa.

“Dalam jangka menengah, emas tetap menjadi aset yang aman, terutama setelah penurunan peringkat AS. Pasar ini masih layak untuk strategi beli dan tahan,” ujar Bob Haberkorn, analis pasar senior di RJO Futures.

Dari dalam negeri,  harga emas di Pegadaian terpantau mengalami kenaikan signifikan, baik untuk cetakan Antam maupun UBS pada Selasa (20/5/2025).

Berdasarkan informasi dari laman resmi Pegadaian, harga emas Antam ukuran 0,5 gram dijual Rp1.037.000 atau naik Rp11.000 dari harga kemarin. Adapun emas UBS berukuran sama dibanderol Rp1.035.000, meningkat sebesar Rp10.000.

Sementara itu, untuk emas Antam berukuran 1 gram, Pegadaian menjual seharga Rp1.970.000 atau melonjak Rp24.000 dibandingkan perdagangan sebelumnya dan emas UBS dengan ukuran sama dijual Rp1.914.000, meningkat Rp17.000.

Selanjutnya harga emas Antam ukuran 5 gram dibanderol Rp9.615.000, sedangkan cetakan UBS dijual Rp9.384.000. Lalu, harga emas 10 gram cetakan Antam dilego Rp19.173.000, lalu emas cetakan UBS ukuran sama dihargai Rp18.670.000.

Kemudian untuk cetakan Antam 50 gram di Pegadaian dijual Rp95.519.000, sedangkan cetakan UBS dijual seharga Rp92.971.000. Untuk 100 gram, Pegadaian mematok Antam senilai Rp190.957.000, sedangkan cetakan UBS sebesar Rp185.867.000.

Selanjutnya adalah emas ukuran terbesar di Pegadaian, yaitu 1.000 gram bisa dibeli di harga Rp1.907.984.000 untuk cetakan Antam, sementara cetakan UBS belum tersedia.

Harga emas di Pegadaian, Selasa 20 Mei 2025:
Berat (gram) Antam UBS

0,5

Rp1.037.000

Rp1.035.000

1

Rp1.970.000

Rp1.914.000

2

Rp3.878.000

Rp3.798.000

5

Rp9.615.000

Rp9.384.000

10

Rp19.173.000

Rp18.670.000

25

Rp47.801.000

Rp46.582.000

50

Rp95.519.000

Rp92.971.000

100

Rp190.957.000

Rp185.867.000

250

Rp477.116.000

Rp464.530.000

500

Rp954.013.000

Rp927.966.000

1.000

Rp1.907.984.000

-

Prospek Harga Emas

Sebagai aset aman atau safe haven yang sering diburu saat ketidakpastian geopolitik dan ekonomi meningkat, emas telah menorehkan sejumlah rekor harga sepanjang tahun ini, dengan kenaikan mencapai 23,1% sejak awal tahun.

Meskipun sempat melemah dari level tertingginya, Goldman Sachs tetap pada proyeksi bullish-nya, memperkirakan harga emas akan mencapai US$3.700 per troy ounce pada akhir 2025, dan menembus US$4.000 pada pertengahan 2026.

Proyeksi ini didorong oleh mulai terbukanya minat sektor swasta dalam mendiversifikasi aset ke emas.

Sementara itu, Analis Dupoin Futures Indonesia Andy Nugraha mengatakan pemicu utama rebound harga emas adalah meningkatnya kekhawatiran terhadap kondisi ekonomi dan fiskal Amerika Serikat, terutama setelah Moody’s menurunkan peringkat kredit negara tersebut dari Aaa menjadi Aa1.

”Penurunan ini memperkuat kekhawatiran bahwa beban utang AS akan terus meningkat dalam beberapa dekade ke depan dengan rasio utang terhadap PDB diperkirakan melonjak menjadi 134% pada tahun 2035,” jelas Andy dalam risetnya, Senin (19/5/2025).

Adapun faktor lain yang turut mempengaruhi pergerakan harga emas adalah sejumlah perkembangan geopolitik dan data ekonomi. Optimisme pasar yang sempat muncul dari kesepakatan awal perdagangan antara AS dan China di mana kedua negara sepakat memangkas tarif—telah meredakan sebagian ketegangan global, mendorong investor untuk keluar dari emas.

Selain itu, prospek kesepakatan nuklir AS-Iran dan rencana pertemuan diplomatik antara Presiden Trump dan Presiden Putin juga memperkuat risk appetite investor.

Sementara itu, Kepala Analis Pasar KCM Trade Tim Waterer mengatakan penurunan peringkat kredit AS oleh Moody’s dan reaksi pasar yang cenderung menghindari risiko telah memberi dorongan baru bagi harga emas.

Selain itu, ancaman terbatu Trump terhadap negara-negara yang tidak serius dalam negosiasi tarif juga mendorong penguatan harga emas.

Dalam jangka menengah, Andy mengatakan ekspektasi pemangkasan suku bunga oleh Federal Reserve tetap menjadi pendorong utama bagi harga emas.

Warga RI Borong Emas

Melonjaknya harga emas sepanjang tahun 2025 mendorong minat masyarakat untuk menempatkan asetnya ke instrumen ini.

Head of Macroeconomic & Financial Market Research Department PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) Dian Ayu Yustina menjelaskan bahwa hal ini dapat dilihat dari adanya peningkatan pendapatan yang dapat dibelanjakan (disposable income) rumah tangga untuk ditempatkan di instrumen logam mulia itu.

“Karena memang saat ini emas dinilai sebagai alternatif safe haven asset. Jadi, peningkatannya cukup signifikan bahkan terlihat dari akhir 2022,” katanya dalam konferensi pers Economic Outlook Q2 2025 secara virtual, Senin (19/5/2025).

Dia memaparkan, penempatan aset pada emas/perhiasan menyentuh 32,9% dari seluruh disposable income pada Maret 2025. Porsi itu meningkat dari 27,5% pada Maret 2023.

Sementara itu, porsi dari ekuitas, properti, hingga lainnya masing-masing sebesar 2,3%, 11,6%, serta 6% hingga Maret 2024. Produk tabungan masih mendominasi dengan porsi penempatan aset/deposit mencapai 47,23%.

"Jadi, ini tentunya akan mengubah sedikit pola penempatan aset masyarakat, apakah itu untuk saving, apakah itu untuk properti, dan alternatif aset-aset lainnya," imbuhnya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper