Bisnis.com, JAKARTA – Emiten pengelola gerai minuman Teguk, PT Platinum Wahab Nusantara Tbk. (TGUK), mengakui pelemahan daya beli masyarakat menjadi batu sandungan bisnis perseroan sejak tahun lalu.
Perseroan pun sudah menutup lebih dari 100 gerainya hingga akhir 2024. Namun, perseroan berkomitmen untuk memperkuat gerai-gerai sisa itu untuk membalikkan posisi keuangan.
Adapun, penutupan ratusan gerai brand teh boba lokal itu terjadi belum setahun sejak perseroan melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI). Adapun, TGUK mencatatkan sahamnya di BEI pada 10 Juli 2023 dengan meraup dana segar sekitar Rp65,14 miliar.
Dalam waktu satu tahun setelah dibuka pada 2018, Teguk berhasil membuka 120 gerai di berbagai lokasi. Pada saat penawaran saham perdana (IPO), TGUK sudah memiliki total 145 gerai dengan 143 milik perseroan dan 2 dari kemitraan.
Tak hanya di Indonesia, seluruh gerai tersebar di Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, hingga ke New York Amerika Serikat.
Namun, pada Desember 2024, Teguk melaporkan tinggal menyisakan 35 gerai. Dalam laporan paparan publik per 30 Desember 2024, Teguk menyisakan 26 gerai, 8 island, dan 1 gerai internasional di New York.
Hal itu disebabkan karena kondisi pasar, di mana dinamia pasar menekan kelompok menengah ke bawah yang merupakan target pasar utama bagi emiten berkode saham TGUK itu.
"Daya beli masyarakat sangat rendah, penurunan ini sudah dirasakan di kuartal I hingga kuartal III [2024] dan konsumen sekarang juga merasakan membeli online jadi lebih mahal. Tantangan tersebut membuat mereka lebih mengutamakan untuk membeli kebutuhan pokok," jelas manajemen, dikutip Kamis (15/5/2025).
Tak hanya menutup gerai, perseroan juga mengurangi biaya operasional hingga 68,9%, dan mengurangi jumlah karyawan dari sebanya 628 orang pada Desember 2023 menjadi hanya 88 orang per Oktober 2024.
Dengan harapan bisa kembali membukukan pertumbuhan, pada 2025 Teguk akan memaksimalkan gerai dan island yang masih beroperasi untuk dibuka di area publik seperti hotel, dekat restoran, sekolah, dan transportasi umum.
Perseroan juga berencana memaksimalkan gerai di luar negeri seperti Australia dan Amerika dengan membuka kesempatan menjadi franchise, buka di Hawker, atau membuka kedai es krim berjalan.
Teguk juga berencana membuka gerai baru di tempat-tempat yang belum pernah dijamah, terutama di Jawa Tengah, dan Jawa Timur.
Berdasarkan Laporan Keuangan per September 2024, penjualan dan pendapatan usaha TGUK tercatat turun 30,28% yoy menjadi Rp69,8 miliar dari sebelumnya Rp100,12 miliar pada kuartal III/2023.
Beban pokok juga ikut turun 27,80% yoy menjadi Rp35,13 miliar dari posisi sebelumnya Rp48,66 miliar. Selanjutnya laba bruto perseroan berkurang 32,64% yoy menjadi Rp34,66 miliar dari sebelumnya Rp51,46 miliar.
Perseroan pun menderita rugi bersih Rp20,1 miliar hingga kuartal III/2024, atau kontras dari laba bersih Rp4,15 miliar.
Dari sisi aset, total aset perseroan berkurang 2,52% pada periode tahun berjalan menjadi Rp195,58 miliar hingga 30 September 2024. Liabilitas bertambah 64,70% ytd menjadi Rp38,54 miliar dan ekuitas turun 11,40% ytd menjadi Rp157,03 miliar.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.