Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Catat! Sektor Ini Diramal Cuan saat IPO di Semester II/2025

Analis memprediksi sejumlah sektor yang bakal cuan usai melakukan IPO pada semester II/2025.
Warga melintas di dekat logo Bursa Efek Indonesia di Jakarta, Minggu (1/6/2025). JIBI/Bisnis/Arief Hermawan P
Warga melintas di dekat logo Bursa Efek Indonesia di Jakarta, Minggu (1/6/2025). JIBI/Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA – Bursa Efek Indonesia (BEI) mempunyai target mengantarkan 66 perusahaan untuk tercatat sebagai perusahaan terbuka sepanjang 2025.

Sepanjang periode Januari–Juli 2025, baru 22 perusahaan yang melantai di Bursa. Hal itu berarti, terdapat 44 perusahaan lainnya yang masih memiliki potensi untuk melantai di Bursa di sisa tahun ini.

Berdasarkan data yang dihimpun Bisnis.com, sebanyak 40,91% dari 22 perusahaan baru yang tercatat di Bursa menunjukkan pelemahan kinerja. Angka itu merepresentasikan 9 dari 22 saham yang tercatat sepanjang 2025.

Kesembilan emiten itu datang dari berbagai sektor, tetapi didominasi oleh sektor konsumer, baik siklikal maupun non-siklikal. Bahkan, koreksi terdalam dialami PT Raja Roti Cemerlang Tbk. (BRRC) dari sektor konsumer non-siklikal, yang ambles 72,85% sejak pencatatan. 

Emiten ini semula membanderol harga sahamnya di level Rp210 per lembar saham saat penawaran umum dan langsung menyentuh ARB selepas pencatatan. Enam bulan berselang, sahamnya kini dihargai Rp57 per lembar oleh pasar.

Koreksi terdalam kedua dialami oleh PT Jantra Grupo Indonesia Tbk. (KAQI) yang terkoreksi hingga 57,62% dari harga penawaran umum sebesar Rp118 dan menjadi Rp50 pada perdagangan hari ini.

Analis MNC Sekuritas Cabang Pantai Indah Kapuk Hijjah Marhama, mengonfirmasi hal itu. Menurutnya, pelemahan kinerja saham dari sektor konsumer selepas melantai di Bursa, acap kali terjadi.

“Saya mencermati saham-saham IPO konsumer, jarang sekali yang bisa sustain atau setidaknya memberikan profit di awal setelah listing. Secara sentimen ini juga terpengaruh tingkat konsumsi Indonesia yang masih rendah,” katanya saat dihubungi, Rabu (16/7/2025).

Selain itu, dia menilai bahwa sektor finansial juga jarang memberikan keuntungan di masa awal pencatatan. Namun, sektor ini dinilai mampu rebound setelah beberapa bulan ke depan.

Ke depannya, Marhama memprediksi, sejumlah sektor seperti energi dan basic materials bakal menjadi sektor yang berpotensi menguat selepas IPO.

“Secara fundamental, sektor energi dan basic material biasanya memang memiliki valuasi yang lebih rendah dan cenderung menarik,” lanjutnya.

Senada, Senada, Tim Riset Kiwoom Sekuritas juga menerangkan bahwa kinerja lemah sektor konsumer selepas IPO berkaitan dengan sentiment negatif dalam negeri, seperti tekanan daya beli, suku bunga yang masih belum terasa dampaknya, hingga persaingan ketat antarperusahaan.

Di semester II/2025, para analis Kiwoom Sekuritas menilai, calon emiten di sektor EBT, teknologi, hilirisasi logam, hingga jasa logistik berpotensi mampu memberikan penguatan yang cukup menjanjikan.

"Semua sektor ini punya dukungan kebijakan dan tren pertumbuhan jangka panjang," katanya saat dihubungi, Rabu (16/7/2025).

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper