Bisnis.com, JAKARTA – Nilai tukar rupiah ditutup melemah pada akhir perdagangan sore hari ini. Sementara itu, dolar AS menguat sembari ada perundingan dagang antara AS dan China.
Berdasarkan data Bloomberg, di pasar spot rupiah terdepresiasi 0,53% ke level Rp16.536 per dolar AS. Sementara itu, indeks dolar AS mengalami penguatan tipis 0,03% ke level 99,42 pada saat bersamaan.
Sejumlah mata uang utama di kawasan Asia juga terpantau turun di hadapan greenback. Dolar Taiwan melemah 0,42%, yuan China turun 0,12%, dan ringgit Malaysia koreksi 0,22%.
Selanjutnya baht Thailand melemah 0,02% dan won Korea Selatan anjlok 1,03%. Di sisi lain, yen Jeang menguat 0,63% dan peso Filipina menguat 0,38% terhadap dolar AS.
Penguatan dolar AS menyusul pertemuan AS dan China terkait isu perdagangan kedua negara setelah Presiden AS Donald Trump mengenakan tarif impor bulan lalu.
Kendati tarif impor itu meningkatkan tensi di pasar keuangan untuk jangka pendek, kini perhatian pasar juga mengarah ke kebijakan suku bunga The Fed yang akan diumumkan pekan ini.
Pelaku pasar memperkirakan The Fed akan tetap menahan suku bunga acuan sembari mencermati dampak perang dagang terhadap pertumbuhan ekonomidan inflasi.
Senior Research Strategist Pepperstone Group Ltd. Michael Brown mengatakan saat ini masih tetap dengan strategi reli jualnya.
""Tampaknya [pasar] terlena dalam rasa aman yang salah melihat ketenangan isu tarif pekan lalu, sambil mengabaikan ketidakpastian ekonomi dan politik yang masih tinggi, serta melupakan bahwa belum ada ‘Fed put’ yang siap datang menyelamatkan kondisi saat ini," kata Brown, dikutip dari Bloomberg, Rabu (7/5/2025).