Bisnis.com, JAKARTA — Emiten telekomunikasi TLKM, ISAT, hingga EXCL mengalami tekanan pada kinerjanya sepanjang kuartal I/2025. Meski demikian, sejumlah prospek menarik masih menanti emiten-emiten di sektor telekomunikasi ini.
Senior Equity Research Kiwoom Sekuritas Sukarno Alatas menjelaskan sejumlah tantangan dialami emiten-emiten sektor telekomunikasi pada tahun ini. Tantangan tersebut seperti tekanan dari persaingan yang ketat, stagnasi ARPU, dan perang harga.
"Tantangan juga datang dari daya beli yang melemah, ketidakpastian makroekonomi dan geopolitik, serta kebutuhan investasi berkelanjutan dalam transformasi digital dan infrastruktur yang dapat menekan margin," kata Sukarno, Selasa (6/5/2025).
Meskipun demikian, Sukarno melihat masih terdapat prospek yang menarik bagi emiten-emiten telekomunikasi sepanjang tahun 2025. Prospek bagi PT XLSmart Telecom Sejahtera Tbk. (EXCL) misalnya, menurut Sukarno akan datang dari efisiensi.
Sukarno melihat EXCL secara pertumbuhan masih bisa tumbuh positif, akan tetapi dari sisi bottom line turun akibat beban operasional.
"Katalis positifnya adalah pertumbuhan pelanggan, perluasan jaringan dan potensi kolaborasi atau konsolidasi industri," tutur Sukarno.
Baca Juga
Kemudian untuk PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM), Sukarno melihat kinerja dari emiten pelat merah ini akan stabil dan cenderung netral, karena pendapatan dan laba tercatat turun.
Dia menjelaskan divisi seluler atau Telkomsel memang menghadapi tekanan kompetisi, namun TLKM masih memiliki andalan pertumbuhan jangka panjang melalui segmen enterprise dan data center melalui NeutraDC.
Hal tersebut diperkuat oleh strategi konsolidasi IndiHome–Telkomsel serta ekspansi layanan digital dan transformasi B2B-B2C sebagai katalis positif.
Sementara itu, untuk PT Indosat Tbk. (ISAT) Sukarno melihat prospek yang positif. Hal ini didukung oleh pertumbuhan laba bersih 27% secara tahunan yang mencerminkan efisiensi operasional pasca-merger dengan Hutchison.
Sentimen positif bagi ISAT juga datang dari kenaikan ARPU menjadi Rp39.200 serta peningkatan jumlah pelanggan yang menandakan monetisasi yang membaik.
Di sisi lain, proyek ekspansi jaringan dan integrasi pasca-merger ISAT menurutnya terus memberikan dampak positif, dengan katalis tambahan berupa realisasi skala ekonomi merger serta inovasi layanan digital dan enterprise.
"Kami memberikan rekomendasi buy untuk TLKM dengan target harga Rp3.200 per saham," ujar Sukarno.
_________
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.