Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Prospek Cuan Saham Bukit Asam (PTBA) saat Laba Mendingin

Emiten batu bara milik negara PT Bukit Asam Tbk. (PTBA) membukukan kinerja laba yang menyusut pada kuartal I/2025. Bagaimana kemudian prospek sahamnya?
Dari kiri: Direktur PT Bukit Asam Tbk. (PTBA) Suhedi, Direktur PTBA Rafli Yandra, Direktur Utama PTBA Arsal Ismail, dan Direktur PTBA Suherman dalam konferensi pers Kinerja PTBA Tahun Buku 2024 di Jakarta, Senin (14/4/2025). JIBI/Annisa Kurniasari Saumi.
Dari kiri: Direktur PT Bukit Asam Tbk. (PTBA) Suhedi, Direktur PTBA Rafli Yandra, Direktur Utama PTBA Arsal Ismail, dan Direktur PTBA Suherman dalam konferensi pers Kinerja PTBA Tahun Buku 2024 di Jakarta, Senin (14/4/2025). JIBI/Annisa Kurniasari Saumi.

Bisnis.com, JAKARTA — Emiten batu bara milik negara PT Bukit Asam Tbk. (PTBA) membukukan kinerja laba yang menyusut pada kuartal I/2025. Bagaimana kemudian prospek sahamnya?

Berdasarkan data Bloomberg, harga saham PTBA terpantau tertahan di zona merah. Harga saham PTBA tercatat turun 0,73% ke level Rp2.720 per lembar pada perdagangan hari ini, Senin (5/5/2025). Harga saham PTBA sudah terkoreksi 1,09% sepanjang tahun berjalan (year to date/ytd).

Analis sekaligus VP Head of Marketing, Strategy, and Planning Kiwoom Sekuritas Oktavianus Audi mengatakan kinerja laba PTBA pada kuartal I/2025 terlihat berkorelasi positif terhadap permintaan dan harga komoditas batu bara global.

"Sehingga penurunan [laba] disebabkan penurunan harga batu bara global sebesar 20% ytd dan HBA [harga batu bara acuan] terus mengalami penurunan sejak awal tahun," ujar Audi kepada Bisnis pada Senin (5/5/2025).

Dari sisi permintaan, terjadi penurunan konsumsi batu bara China dan India seiring dengan peralihan menuju energi baru terbarukan (EBT). Bahkan konsumsi batu bara global diperkirakan turun 12% pada 2025, mengacu proyeksi World Bank. 

Di sisi lain, Audi menilai konsumsi dalam negeri masih akan bergantung dari energi sumber batu bara, dengan target 2025 dialokasikan untuk kelistrikan sebesar 21% dan untuk industri 11%, sedangkan sisanya ekspor. Transisi menuju EBT pun masih diperlukana penambahan hasil produksi yang besar. 

Senior Market Chartist Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta menambahkan harga saham PTBA saat ini bergerak terbatas seiring dengan kinerja laba yang turun.

"Lebih baik investor wait and see. Ini karena permintaan batu bara dunia underwealming," tutur Nafan kepada Bisnis pada Senin (5/5/2025).

Akan tetapi, saham PTBA masih bisa terdorong oleh sejumlah inisiatif perusahaan, seperti diversifikasi bisnis ke arah EBT hingga gasifikasi batu bara. Nafan melihat diversifikasi seperti di EBT bisa menjadi peluang bagi PTBA.

Sejak tahun lalu, PTBA memang membidik sejumlah proyek hijau seperti energi baru terbarukan (EBT) hidrogen hingga bahan baku baterai lithium. PTBA pun sedang bergeliat mengembangkan proyek synthetic natural gas (SNG) atau gas alam sintetis dari batu bara bersama PT Perusahaan Gas Negara Tbk. (PGN).

"Gasifikasi masih proses, tapi selama PGN mampu menyerap batu bara, maka akan mendorong kinerja. Ini akan mereduksi tekanan yang dialami PTBA," ujar Nafan.

Berdasarkan Laporan Keuangan, PTBA meraih laba bersih sebesar Rp391,4 miliar sepanjang tiga bulan pertama 2025, turun 50,5% secara tahunan (year on year/yoy), dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp790,9 miliar.

Perseroan sebenarnya membukukan pertumbuhan pendapatan 5,83% yoy menjadi Rp9,96 triliun pada kuartal I/2025, dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp9,4 triliun. 

Raupan pendapatan PTBA didorong oleh penjualan ekspor 5,09 juta ton atau naik 34% secara tahunan. Sedangkan penjualan domestik sebesar 5,19 juta ton. Total penjualan batu bara PTBA pada kuartal I/2025 mencapai 10,28 juta ton, atau tumbuh 7% secara tahunan.  

Adapun realisasi angkutan batu bara pada Januari-Maret 2025 mencapai 9,41 juta ton, meningkat 12% dibanding periode yang sama tahun lalu.

Namun, beban pokok pendapatan PTBA tercatat membengkak 11,5% yoy menjadi Rp8,9 triliun, dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp7,9 triliun. Peningkatan beban pokok pendapatan ini turut membuat laba bruto PTBA tergerus menjadi Rp1,04 triliun, dari sebelumnya sebesar Rp1,41 triliun. 

Manajemen PTBA menjelaskan bahwa terdapat berbagai tantangan pada kuartal I/2025, di antaranya koreksi harga batu bara akibat fluktuasi pasar global.  

Rata-rata indeks harga batu bara ICI-3 terkoreksi 12% secara tahunan dari US$78,86 per ton pada kuartal I/2024 menjadi US$69,37 per ton di kuartal I/2025. Sementara itu, rata-rata indeks harga batu bara Newcastle terkoreksi 17% secara tahunan menjadi US$104,56 per ton pada kuartal I/2025, dari US$125,76 per ton pada kuartal I/2024. 

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Dwi Nicken Tari
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper