Bisnis.com, JAKARTA — Emiten emas PT Bumi Resources Minerals Tbk. (BRMS) membukukan peningkatan pendapatan dan laba bersih sepanjang 3 bulan 2025. BRMS membukukan laba bersih sebesar US$14,8 juta atau setara dengan Rp249,3 miliar (kurs Jisdor Rp16.787 per dolar AS per 29 April 2025).
Bumi Resources Minerals mencatatkan pendapatan sebesar US$63,3 juta atau setara dengan Rp1,06 triliun pada kuartal I/2025. Pendapatan ini naik hingga 212% year-on-year (YoY) dari kuartal I/2024 yang sebesar US$20,32 juta.
Sementara itu, laba bersih BRMS naik menjadi US$14,85 juta atau setara dengan Rp249,3 miliar. Laba bersih ini meroket hingga 296% secara tahunan dari US$3,75 juta pada kuartal I/2024.
Direktur & Chief Financial Officer BRMS Charles Gobel mengatakan sepanjang periode kuartal I/2025, BRMS membukukan kenaikan pendapatan, laba usaha, dan laba bersih masing–masing sebesar 212%, 453%, dan 296% dari periode yang sama ditahun lalu.
"Kinerja keuangan yang semakin membaik tersebut dikarenakan peningkatan produksi emas dari anak usaha kami di Palu, yaitu PT Citra Palu Minerals dan kenaikan harga jual emas," ujar Charles dalam keterangan resminya, Selasa (29/4/2025).
Sementara itu, Direktur Utama & Chief Executive Officer BRMS Agus Projosasmito menuturkan selama ini bijih-bijih emas yang diproses BRMS memiliki rata-rata kandungan emas 1,5 gram per ton dari area penambangan terbuka BRMS di Poboya, Palu.
"Dengan adanya dukungan penuh dari PT Macmahon Indonesia, kami berharap untuk dapat mulai menambang dari prospek tambang emas bawah tanah kami di Poboya, Palu pada semester II/2027," kata Agus.
Agus menambahkan, prospek tambang emas bawah tanah ini diperkirakan memiliki rata-rata kandungan emas sebesar 4,9 gram per ton, yang akan berdampak terhadap peningkatan produksi yang signifikan dari BRMS pada akhir 2027 atau awal 2028.
Pada 3 bulan pertama 2025, BRMS juga mencatatkan sebanyak 682 kg atau 21.922 ons emas yang terjual. Capaian ini naik 128% dari periode yang sama tahun lalu.
Harga rata-rata penjualan emas BRMS selama 3 bulan pertama naik 35% menjadi US$2.809 per ons, dari sebelumnya sebesar US$2.083 per ons secara tahunan.