Bisnis.com, JAKARTA — CEO Danantara Indonesia Rosan Perkasa Roeslani menyebut kawasan Gelora Bung Karno (GBK) memiliki tingkat pengembalian investasi atau return yang kecil, meski memiliki nilai ekonomi yang besar. Danantara pun siap untuk menyulap GBK menjadi motor baru pertumbuhan.
Rosan mengatakan GBK saat ini belum dimaksimalkan secara optimal, baik dari sisi produktivitas maupun dampak ekonomi. Padahal, kawasan yang dibangun mulai tahun 1960 ini memiliki nilai aset yang tinggi.
“Aset di GBK itu sangat besar. Tapi kalau kita lihat selama ini, utilisasinya, produktivitasnya, dan return-nya masih sangat kecil dan terbatas,” ujar Rosan di sela acara BSI Global Islamic Finance (GIF) Summit, Selasa (29/4/2025).
Rosan menilai belum ada pihak yang secara serius memperhatikan dan mengelola pengembangan kawasan GBK. Untuk itu, Danantara akan melakukan evaluasi secara menyeluruh guna mendorong peningkatan nilai ekonomi GBK.
“Kami akan evaluasi secara menyeluruh karena nilainya [kawasan GBK] sangat besar, tetapi dampak ekonominya masih kecil,” tuturnya.
Dia menambahkan dengan berada di bawah pengelolaan Danantara, ke depan kehadiran GBK diharapkan semakin terasa manfaatnya bagi masyarakat.
Dalam pemberitaan Bisnis.com sebelumnya, GBK dipastikan menjadi salah satu portofolio Danantara usai selama ini dikelola oleh Kementerian Sekretariat Negara.
Langkah tersebut merupakan bagian dari strategi konsolidasi aset nasional untuk mendorong nilai kekayaan Danantara tembus US$1 triliun. Saat ini, total aset BUMN yang telah masuk ke dalam pengelolaan Danantara mencapai US$982 miliar
Rosan juga menyebutkan bahwa masuknya GBK, yang delapan tahun lalu memiliki valuasi mencapai US$25 miliar, akan semakin memperkuat posisi Danantara sebagai pilar pertumbuhan ekonomi baru nasional.
Dia menambahkan pengelolaan kawasan tersebut akan dilakukan dengan perencanaan matang dan berorientasi pada penciptaan imbal hasil optimal, dengan tetap mengedepankan prinsip tata kelola yang baik.
“Ini akan menjadi aset yang produktif, menghasilkan return on asset [ROA] dan return on investment [ROI] yang kompetitif sesuai benchmarking internasional,” tuturnya.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.