Bisnis.com, JAKARTA – Mata uang rupiah diproyeksi menguat pada perdagangan awal pekan depan, Senin (14/4/2025), di tengah gelombang tekanan yang dihadapi oleh dolar Amerika Serikat.
Pada Jumat (11/4/2025), rupiah ditutup menguat 27,5 poin atau 0,16% ke level Rp16.795 per dolar AS. Sementara itu, indeks dolar AS terpantau melemah 1,12% ke 99,74.
Bersama dengan rupiah, sejumlah mata uang di Asia seperti yen Jepang naik 1,14%, won Korea Selatan menguat 1,14%, dolar Hong Kong menguat 0,03%, dolar Taiwan naik 1,17%, dan dolar Singapura naik 0,71%.
Lalu peso Filipina menguat 0,59%, rupee India naik 0,64%, yuan China melemah 0,04%, ringgit Malaysia menguat 0,94%, dan baht Thailand menguat 0,73% terhadap dolar AS.
Pengamat Mata Uang Ibrahim Assuaibi mengatakan dolar AS terpukul oleh meningkatnya kekhawatiran atas resesi AS, terutama karena Washington dan Beijing saling mengenakan tarif yang sangat besar.
Pada perdagangan Senin (14/4/2025), Ibrahim memperkirakan mata uang rupiah bergerak fluktuatif, tetapi berpotensi ditutup menguat di rentang Rp16.740-Rp16.800 per dolar AS.
Di tengah anjloknya yield US Treasury, pelemahan dolar AS, dan pasar saham yang jeblok akibat kebijakan tarif impor Presiden AS Donald Trump, investor akan mencari sinyal dari The Fed tentang kebijakan pemangkasan suku bunga.
Bloomberg mencatat Ketua The Fed Jerome Powell akan menyampaikan asesmen terhadap ekonomi dalam pidato sebelum Economic Club of Chicago pada Rabu (16/4/2025). Pada hari yang sama, Ketua Regional The Fed Jeff Schmid dan Lorie Logan akan mendiskusikan ekonomi dan perbankan.
Pada Senin, Gubernur The Fed Christopher Waller berbicara tentang outlook ekonomi dan Gubernur The Fed Lisa Cook akan menyampaikan pidato pada Kamis.
Dari global, ekonom David Powell dan Simona della Chiaie mengatakan penentuan suku bunga European Central Bank (ECB) pada 17 April menjadi lebih mudah untuk diambil.
“Di atas potensi langsung tekanan terhadap ekonomi zona euro akibat tarif AS, the Governing Council akan mengambil pertimbangan dampak terhadap nilai tukar yang menguat,” tulisnya dilansir Bloomberg, Minggu (13/4/2025).