Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harapan Penundaan Tarif Trump Pupus, Wall Street Anjlok

Bursa saham AS anjlok dengan indeks S&P 500 ditutup di bawah ambang psikologis 5.000 poin pada Selasa (8/4/2025), pertama kalinya dalam hampir setahun terakhir.
Informasi pasar saham di Nasdaq MarketSite di New York, AS, Senin, 5 Agustus 2024. Aksi jual pasar global semakin dalam karena kekhawatiran terhadap resesi ekonomi AS semakin meningkat./Bloomberg-Michael Nagle
Informasi pasar saham di Nasdaq MarketSite di New York, AS, Senin, 5 Agustus 2024. Aksi jual pasar global semakin dalam karena kekhawatiran terhadap resesi ekonomi AS semakin meningkat./Bloomberg-Michael Nagle

Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham Amerika Serikat (AS) anjlok dengan indeks S&P 500 ditutup di bawah ambang psikologis 5.000 poin pada Selasa (8/4/2025), pertama kalinya dalam hampir setahun.

Melansir Reuters, Rabu (9/4/2025), indeks S&P 500 ditutup melemah 79,48 poin atau 1,57% ke level 4.982,77, penutupan pertama di bawah 5.000 sejak 19 April 2024. Indeks Dow Jones terkoreksi 320,01 poin, sementara Nasdaq merosot 335,35 poin atau 2,15% ke posisi 15.267,91.

Indeks Volatilitas CBOE, yang menjadi barometer kekhawatiran investor di Wall Street, melonjak ke level 52,33, titik tertingginya sejak Maret 2020, dan memperpanjang reli selama empat hari berturut-turut.

Pelemahan di Wall Street terjadi setelah pasar berbalik arah secara tajam seiring memudarnya harapan investor terhadap kemungkinan pelonggaran atau penundaan tarif oleh pemerintahan Presiden Donald Trump menjelang tenggat tengah malam.

Sejak Trump mengumumkan tarif dagang besar-besaran terhadap sejumlah mitra dagang utama pekan lalu, kapitalisasi pasar indeks S&P 500 telah menguap sebesar US$5,83 triliun.

Penurunan ini menjadi yang terbesar dalam rentang empat hari sejak indeks tersebut dibentuk pada 1950-an, dengan koreksi lebih dari 12%. Ini juga merupakan level penurunan tertinggi empat hari berturut-turut sejak gejolak pandemi Covid-19.

S&P 500 sempat menguat lebih dari 4% di awal perdagangan, didorong oleh harapan bahwa Gedung Putih akan melunak atau menggeser tenggat tarif. Namun, harapan itu runtuh setelah Juru Bicara Gedung Putih Karoline Leavitt menegaskan bahwa Trump tetap berkomitmen menerapkan tarif, meskipun hampir 70 negara telah mengajukan permintaan negosiasi.

Kepala Strategi Pasar Clearnomics Lindsey Bell mengatakan pasar sempat menyambut pagi ini dengan harapan akan kompromi atau sinyal penundaan dari pemerintah Trump.

“Sepertinya tidak demikian, karena kita semakin mendekati tenggat waktu tengah malam dan para investor kehilangan kepercayaan diri,” jelasnya seperti dikutip Reuters.

Pemerintah AS memastikan tarif sebesar 104% terhadap China akan berlaku mulai Rabu dini hari. Ini menyusul sikap keras Beijing yang menyebut ancaman tarif dari Trump sebagai bentuk pemerasan yang tak bisa diterima.

Perwakilan Dagang AS Jamieson Greer turut menambahkan bahwa tidak ada pengecualian tarif yang akan diberikan dalam waktu dekat.

“Optimisme awal pasar berubah menjadi kesadaran pahit bahwa tidak ada alasan kuat untuk berharap terlalu banyak,” kata Direktur Riset Investasi SimCorp. Melissa Brown

Sorotan berikutnya tertuju pada musim laporan keuangan kuartal pertama yang akan dimulai akhir pekan ini. JPMorgan, Morgan Stanley, dan Wells Fargo dijadwalkan membuka laporan keuangan mereka pada Jumat.

Meskipun ekspektasi terhadap kinerja kuartalan belum sepenuhnya negatif, pasar mengantisipasi komentar perusahaan soal tekanan ekonomi akibat kebijakan tarif.

Meningkatnya kekhawatiran bahwa kebijakan tarif agresif ini akan memicu inflasi dan menekan pertumbuhan global membuat sebagian analis memperkirakan Federal Reserve dapat mempertimbangkan pemangkasan suku bunga.

Namun, Presiden The Fed San Francisco Mary Daly menilai belum saatnya mengambil langkah itu karena ekonomi masih menunjukkan kekuatan dan efek kebijakan Trump masih belum sepenuhnya terlihat.

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper