Bisnis.com, JAKARTA — Menjelang Lebaran atau Idulfitri, sebagian masyarakat menerima tunjangan hari raya (THR). Agar tidak langsung ludes, dana THR dapat diinvestasikan termasuk kepada instrumen saham.
Akan tetapi, investasi saham atau instrumen investasi lainnya selalu ada risiko. Seperti halnya saat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sedang mengalami kinerja jeblok pada awal 2025 dan membuat banyak investor saham menjadi panik dan cemas.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), IHSG melemah 8,04% sepanjang tahun berjalan (year to date/YtD) ke level 6.510,62 pada perdagangan jelang libur Lebaran, Kamis (27/3/2025).
Community & Retail Equity Analyst Lead PT Indo Premier Sekuritas, Angga Septianus menilai kondisi panik dan cemas itu manusiawi, tetapi jika hal tersebut berubah menjadi ketakutan yang berlebihan maka bisa sampai pada titik keputusan yang tidak bijak seperti panic selling.
Alhasil, investor mesti memiliki strategi investasi saham, termasuk jelang momen raupan THR Lebaran di posisi pasar yang sedang jeblok.
“Memiliki strategi yang tepat saat pasar anjlok atau terpuruk sangat penting untuk meminimalkan kerugian dan memaksimalkan peluang keuntungan dalam jangka panjang,” ujar Angga dalam keterangan tertulis pada beberapa waktu lalu.
Terlebih, kondisi pasar saham secara historis saat momen Ramadan dan Lebaran cenderung volatile. Tercatat, setelah Lebaran 2021, 2022 dan 2024 IHSG mengalami koreksi.
Berikut tips investasi saham di tengah kondisi pasar lesu:
1. Sediakan cash untuk kondisi yang belum stabil
Langkah pertama yang perlu diambil adalah memastikan memiliki cadangan dana dalam bentuk cash atau setidaknya likuiditas yang cukup.
Harga-harga saham yang turun tajam disertai ketidakpastian ekonomi bisa memengaruhi keputusan ekstrem seperti terpaksa menjual saham dengan harga yang sangat rendah untuk memenuhi kebutuhan mendesak. Cadangan cash yang cukup juga penting untuk membeli saham dengan harga lebih murah di waktu yang lebih tepat.
"Pastikan cash yang disediakan cukup untuk menanggung biaya hidup dalam beberapa bulan ke depan atau hingga kondisi pasar rebound untuk masuk lagi jika ada entry point menarik," kata Angga.
2. Saat asing keluar jangan buru-buru masuk
Pasar saham Indonesia memang mencatatkan keluarnya dana asing yang deras pada kuartal I/2025. Berdasarkan data BEI, sejak perdagangan perdana 2025, dana asing keluar deras dari pasar saham Indonesia dengan catatan nilai jual bersih atau net sell asing sebesar Rp29,92 triliun.
Angga menilai ketika pasar anjlok sering kali ada berita bahwa investor asing sedang menarik dananya dari pasar lokal. Outflow ini menyebabkan tekanan lebih lanjut terhadap nilai tukar dan perekonomian domestik.
Meskipun ada aliran keluar modal asing (capital outflow) yang bisa menjadi sinyal negatif sehingga harga-harga saham turun, jangan terburu-buru untuk masuk dan memborong saham.
"Perhatikan berita ekonomi global dan lokal serta proyeksi jangka pendek tentang potensi keluar-masuknya modal asing. Jangan panik dan lakukan riset mendalam sebelum mengambil keputusan," jelas Angga.
3. Jalankan metode cicil investasi
Investasi di saat pasar anjlok itu berisiko, tetapi juga bisa menjadi peluang besar. Salah satu cara terbaik untuk melakukannya adalah dengan metode cicil atau dollar cost averaging (DCA).
Metode cicil diperlukan karena mencoba menebak waktu terbaik untuk membeli saham (timing market) sangat sulit, apalagi saat pasar sedang volatile. Dengan metode cicil maka bisa membeli secara berkala tanpa terlalu khawatir tentang fluktuasi harga harian.
Selain itu, ketika melakukan pembelian secara bertahap maka akan mendapatkan rata-rata harga yang lebih baik, karena membeli di berbagai titik harga yakni ketika harga tinggi maupun rendah.
4. Pilih saham yang defensif
Pada saat pasar longsor, saham-saham defensif seringkali menjadi pilihan yang lebih aman. Saham defensif adalah saham dari perusahaan yang cenderung memiliki stabilitas pendapatan, meskipun kondisi ekonomi sedang buruk.
Contoh sektor defensif adalah sektor perbankan, barang konsumsi, kesehatan dan utilitas.
Perusahaan di sektor defensif biasanya masih dapat menghasilkan pendapatan yang cukup stabil. Bahkan, saat pasar sedang buruk saham-saham defensif cenderung lebih cepat rebound setelah penurunan pasar karena permintaan produk mereka tidak terlalu dipengaruhi oleh siklus ekonomi.
5. Amati aliran dana asing (foreign flow)
Mengamati foreign flow atau aliran dana asing masuk dan keluar dari pasar saham sangat penting saat market anjlok. Aliran dana asing sering kali menjadi indikator penting tentang kepercayaan investor internasional terhadap ekonomi suatu negara.
Aliran dana asing yang positif bisa mempercepat rebound pasar, sementara penurunan aliran dana asing bisa memperburuk kondisi pasar.