Bisnis.com, JAKARTA - Aliran modal investor asing di pasar saham Indonesia lenyap sebesar Rp33,18 triliun secara (year-to-date/YtD) sejak awal 2025.
Sekretaris Perusahaan Bursa Efek Indonesia (BEI), Kautsar Primadi Nurahmad menyampaikan bahwa kondisi pasar saham saat ini mengakibatkan investor asing melakukan aksi jual bersih atau net sell senilai triliunan rupiah.
"Investor asing hari ini mencatatkan nilai jual bersih Rp2,35 triliun dan sepanjang tahun 2025 ini, investor asing mencatatkan nilai jual bersih Rp33,18 triliun," ujar Kautsar melalui laman BEI pada Jumat (21/3/2025).
Adapun, IHSG turun sebesar 3,95% menjadi berada pada level 6.258,17 pada akhir perdagangan Jumat (21/3/2025), dari posisi 6.515,63 pada penutupan perdagangan pekan sebelumnya.
Sebelumnya, IHSG sempat ambles 6,12% ke level 6.076,08 pada sesi I perdagangan Selasa (18/3/2025). Hal itu memicu BEI melakukan pembekuan perdagangan sementara atau trading halt, pertama kalinya sejak 2020.
Berdasarkan catatan Bisnis.com, BEI terakhir kali melakukan trading halt pada 10 September 2020. Saat pandemi Covid-19 itu, pasar saham mengalami volatilitas tinggi sehingga BEI melakukan tujuh kali trading halt sepanjang 2020.
Baca Juga
Menilik data RTI Business, sepanjang tiga bulan terakhir, investor asing tercatat melakukan net sell di emiten perbankan jumbo. Misalnya, PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) yang mencatat net sell Rp11,6 triliun, disusul PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) sebesar Rp8 triliun.
Selain itu, ada PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) yang membukukan net sell Rp7,6 triliun dalam tiga bulan terakhir, disusul PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI) yang sebesar Rp2,6 triliun.
Senior Market Chartist Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta menilai saham bank jumbo banyak dijual karena pelaku investor cenderung bersikap wait and see terkait prospek pasar ke depan. Investor menimbang terkait dengan prospek ekonomi domestik serta stabilitas politik.
"Kebijakan langkah BI [Bank Indonesia] dalam menjaga stabilitas moneter, sekaligus mendukung ekonomi, serta perlakuan BI atas suku bunga acuan juga menjadi pertimbangan investor," kata Nafan, dikutip Sabtu (22/3).
Sebelumnya, Goldman Sachs menurunkan peringkat saham Indonesia dari overweight menjadi market weight. Goldman Sachs menilai pasar Indonesia mengalami tekanan dalam beberapa bulan terakhir didorong oleh sejumlah faktor.
Salah satu faktor adalah kekhawatiran atas ketegangan perdagangan global dan melemahnya ekonomi domestik yang telah membuat investor lari dari pasar.
Morgan Stanley juga telah memangkas peringkat saham Morgan Stanley Capital International (MSCI) Indonesia dari equal weight menjadi underweight dalam riset terbarunya.
Dalam laporannya, imbal hasil atau return on equity (ROE) Indonesia menunjukkan momentum penurunan, terutama karena memburuknya lingkungan pertumbuhan bagi sektor cyclical domestik.
Di lain sisi, meskipun modal investor asing keluar dari pasar saham, Bank Indonesia (BI) mencatat investor asing justru menambah porsi kepemilikan di instrumen Surat Berharga Negara (SBN) dan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).
Berdasarkan data setelmen BI sampai dengan 20 Maret 2025, non-residen atau investor asing tercatat melakukan beli neto (net buy) Rp23,87 triliun di pasar SBN dan Rp8,58 triliun di SRBI.