Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Modal Asing Terus Keluar dari Pasar Saham RI, Selera Investor Memburuk?

Aksi jual bersih atau net sell yang dilakukan investor asing berlanjut pada awal pekan ini sebesar Rp843,73 miliar, Senin (10/3/2025).
Dwi Nicken Tari,Fahmi Ahmad Burhan
Senin, 10 Maret 2025 | 18:07
Warga melintas di dekat logo PT Bursa Efek Indonesia (BEI) di Jakarta, Minggu (9/3/2025). JIBI/Bisnis/Fanny Kusumawardhani
Warga melintas di dekat logo PT Bursa Efek Indonesia (BEI) di Jakarta, Minggu (9/3/2025). JIBI/Bisnis/Fanny Kusumawardhani

Bisnis.com, JAKARTA - Aksi jual bersih atau net sell yang dilakukan investor asing berlanjut pada awal pekan ini. Sebelumnya, Goldman Sachs turut menurunkan rating Indonesia menjadi market weight dari sebelumnya overweight.

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Senin (10/3/2025), investor nonresiden tercatat melakukan jual bersih sebesar Rp843,73 miliar di pasar saham. Secara akumulatif, nilai net sell asing di lantai bursa mencapai Rp23,19 triliun sejak awal tahun.

Dengan komposisi investor asing sebesar 60% dan investor lokal sebesar 40%, aksi jual investor asing pun menekan IHSG. Terpantau, indeks harga saham gabungan (IHSG) turun 0,57% atau 37,78 poin ke level 6.5988,21 pada akhir perdagangan hari ini.

Baru-baru ini, Goldman Sachs Group Inc. menurunkan peringkat pasar saham serta obligasi Indonesia didorong oleh kekhawatiran dampak tekanan perdagangan global hingga pembentukan sovereign wealth fund (SWF) baru RI Daya Anagata Nusantara (Danantara). 

Bank investasi asal Amerika Serikat itu menurunkan peringkat sahamIndonesia dari overweight menjadi market weight. Goldman Sachs juga menurunkan peringkat surat obligasi negara bertenor 10 tahun sampai 20 tahun menjadi netral, setelah sebelumnya obligasi tersebut merupakan yang paling disukai pasar.

Penurunan peringkat atas saham dan obligasi Indonesia dilakukan Goldman Sachs salah satunya dipicu oleh risiko fiskal. Goldman Sach menaikkan perkiraan defisit fiskal untuk Indonesia pada 2025 menjadi 2,9% dari produk domestik bruto (PDB), di mana sebelumnya defisit fiskal diproyeksikan 2,5% dari PDB. 

Lebih lanjut, Goldman Sachs menilai pasar Indonesia mengalami tekanan dalam beberapa bulan terakhir didorong oleh sejumlah faktor. Terdapat kekhawatiran atas ketegangan perdagangan global dan melemahnya ekonomi domestik yang telah membuat investor lari dari pasar.

Selain itu, terdapat kekhawatiran atas ekonomi domestik setelah Presiden RI Prabowo Subianto mengumumkan serangkaian langkah seperti realokasi anggaran, pembentukan Danantara, hingga perluasan kebijakan perumahan untuk masyarakat berpenghasilan rendah. Sederet langkah itu dinilai dapat memperburuk defisit.

Belum rilisnya laporan APBN periode Januari 2025 juga telah membuat para investor mempertanyakan keadaan keuangan pemerintah setelah langkah kebijakan yang diambil oleh Prabowo.

Pasar saham Indonesia juga dinilai telah menjadi salah satu yang berkinerja terburuk di dunia pada tahun ini. Nilai tukar rupiah baru-baru ini juga menyentuh level terendah dalam 5 tahun terakhir. Ditambah, laba emiten yang lebih lemah serta likuiditas perbankan yang ketat membawa tekanan pada pasar. 

Turunnya peringkat saham serta obligasi Indonesia melanjutkan penilaian serupa dari perusahaan investasi asing. Pada akhir bulan lalu, Morgan Stanley telah memangkas peringkat saham Morgan Stanley Capital International (MSCI) Indonesia dari equal weight menjadi underweight dalam riset terbarunya.

Analis Morgan Stanley Selvie Jurman mengatakan ketidakpastian terhadap kebijakan politik pemerintahan baru di Indonesia, khususnya Danantara, membuat investor asing enggan masuk ke Indonesia saat ini.

"Ketidakpastian terhadap kebijakan pemerintah baru, khususnya pembentukan Danantara, akan membuat investor menjauh untuk saat ini," kata Jusman, seperti dikutip dari Bloomberg, Senin (10/3/2025).

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper